Kamis 16 Jul 2015 05:00 WIB

Warga Mengeluh Beban Makin Berat Penuhi Kebutuhan Idul Fitri

Warga membeli daging menjelang Lebaran.
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Warga membeli daging menjelang Lebaran.

REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Warga miskin di Kota Palu mengeluhkan beratnya beban dalam memenuhi kebutuhan Idul Fitri tahun ini dibanding tahun sebelumnya karena tidak ada jatah bantuan langsung tunai dan semakin tingginya harga kebutuhan pokok menjelang Lebaran.

"Tahun lalu masih mendingan pak karena masih ada BLT. Barang-barang juga belum naik seperti sekarang," kata Minar (35), warga Kelurahan Buluri, Kecamatan Ulujadi di sela-sela menunggu pembagian infaq dan sedekah di rumah jabatan Gubernur Sulawesi Tengah Jalan Moh Hatta, Rabu (15/7).

Minar mengatakan dirinya bersama anaknya terpaksa ikut antre pembagian infaq tersebut untuk menambah pendapatan guna memenuhi kebutuhan Hari Raya Idul Fitri. Pembagian infaq dan sedekah tersebut setiap warga mendapat Rp 50 ribu untuk orang tua dan anak-anak Rp 20 ribu per orang. Sebagian dapat Rp 100 ribu untuk penyandang cacat.

Janda tiga anak itu mengatakan kebutuhan hari raya tahun ini semakin sulit dipenuhi karena bersamaan pula dengan masuknya periode penerimaan siswa baru. "Barang kebutuhan pokok sudah naik, ditambah lagi masuk pendaftaran siswa baru, semakin susah uang pak," katanya.

Sementara dari sisi pendapatan kata Minar, tidak menentu. Bahkan dalam sehari tidak ada pemasukan sama sekali. "Saya pedagang ikan di emperan pasar. Sekarang tempat kami sudah digusur, semakin sulit lagi kami mencari nafkah," kata ibu yang ditinggal suaminya setahun lalu karena meninggal dunia.

Hal yang sama juga dikeluhkan Ena (45) warga di Kelurahan Buluri. Perempuan janda yang hanya membiayai dirinya sendiri itu mengatakan sulit sekali memenuhi kebutuhan hari raya tahun ini karena sulitnya ekonomi. "Apalagi saya tidak ada pendapatan lain selain kumpul batu di sungai. Mendaftar supaya dapat kerja padat karya bersihkan lingkungan, tapi tidak direkrut, hanya dijanji-janji saja," katanya.

Sebagai pengumpul batu kali, Ena tidak mendapat jumlah pemasukan yang menentu. Sementara untuk mengumpulkan batu kali dalam satu truk butuh waktu dua hingga tiga pekan. "Satu truk biasanya dibeli Rp 120 sampai Rp 180 ribu. Itu dikumpul selama dua minggu," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement