Sabtu 18 Jul 2015 10:15 WIB
Penyerangan Masjid di Papua

Pembakaran Masjid di Papua, Ini Pandangan Imam Masjid New York

Rep: C14/ Red: Ilham
(dari kiri) Tokoh Lintas Agama Romo Beni dan Imam Masjid Besar New York Imam Shamsi Ali saat menghadiri diskusi di DPD RI, Komplek Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (2/9).(Republika/ Wihdan)
Foto: Republika/ Wihdan
(dari kiri) Tokoh Lintas Agama Romo Beni dan Imam Masjid Besar New York Imam Shamsi Ali saat menghadiri diskusi di DPD RI, Komplek Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (2/9).(Republika/ Wihdan)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pembakaran masjid di Karubaga, Kabupaten Tolikara, Papua, kemarin (17/7) merupakan insiden yang menciderai kesucian Idul Fitri. Peristiwa ini juga mencerminkan, toleransi antarumat beragama masih belum kuat. Sebab, diketahui, amuk massa di Karubaga kemarin didukung oleh sekelompok oknum umat Nasrani.

Terkait itu, imam Masjid New York, Amerika Serikat (AS), Imam Shamsi Ali mengatakan, insiden ini merupakan salah satu bukti bahwa umat Islam pun rentan disakiti bahkan di negara berpenduduk mayoritas Muslim. Karena itu, dia meminta pemerintah Indonesia agar serius menyelesaikan persoalan ini secara adil dan sesuai koridor hukum.

"Tentu yang paling penting ini adalah tamparan keras kepada pemerintah, khususnya pihak pengamanan," kata Imam Shamsi Ali dalam rilis yang diterima Republika, Sabtu (18/7).

Presiden Nusantara Foundation ini melanjutkan, insiden Idul Fitri di Karubaga ini juga merupakan bahan introspeksi bagi pegiat hak asasi manusia (HAM) ala Barat.

Di dunia Barat, kata Imam Shamsi, slogan HAM dan toleransi menjadi menu utama dan sekaligus senjata ampuh untuk menekan negara-negara yang tidak menghormati hak-hak non-Muslim. Sementara, negara-negara Islam kerap dituding tidak toleran karena mempersempit ruang gerak umat agama lain.

Imam Shamsi melanjutkan, insiden Karubaga kemarin jelas-jelas menunjukkan, umat non-Muslim pun bisa saja bersikap tak toleran di negara yang mayoritas Muslim.

"Maka peristiwa yang menimpa saudara-saudara Muslim kita di Papua itu merupakan tamparan keras bagi umat Kristiani umumnya, dan pejuang HAM dan toleransi di dunia barat khususnya," ucap Imam Shamsi.

Cara terbaik untuk menyelesaikan atau mengurangi dampak buruk peristiwa seperti ini adalah mengintensifkan dialog. Menurut Imam Shamsi, perlu ditemukan kepentingan bersama (common interest) antarumat beragama sehingga sikap toleransi dapat terjaga.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement