REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PB Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII) menilai penyerangan umat islam dan pembakaran masjid di Kabupaten Tolikara, Papua menunjukkan pemerintah masih lemah dalam menangkal aksi-aksi intoleransi antar umat beragama.
Ketua Umum PB PMII, Aminuddin Maruf mengatakan penyerangan itu juga merupakan insiden yang sangat memprihatinkan.
"Ini bukti, bahwa pemerintah tidak serius dalam menjaga keamanan dan mewujudkan toleransi antar umat beragama di Papua," kata Aminuddin di Jakarta, Sabtu (18/8).
Aminuddin mengimbau kejadian pembakaran itu harus menjadi bahan perhatian serius Kepala Badan Intelijen Negara (KaBIN) Sutiyoso. Aminuddin juga sangat menyayangkan kenapa institusi yang dipimpin oleh Sutiyoso tidak mampu mendeteksi dini potensi konflik.
"Kenapa masih ada kecolongan aksi kekerasan atas nama agama di Papua, negara harus hadir dalam persoalan ini. Kekerasan dan tindakan anarkisme atas nama apapun tidak boleh dibiarkan" ujar Aminuddin.
Aminuddin menambahkan, insiden pembakaran masjid di saat Hari Raya Idul Fitri juga menunjukkan bahwa keinginan pemerintah memberikan perhatian khusus kepada Papua dan daerah kawasan timur Indonesia masih belum terbukti.
"Jaminan keamanan masyarakat dalam menjalankan ibadah itu adalah persoalan fundamental yang harus diberikan pemerintah," kata Aminuddin.
PB PMII meminta kepada Kapolri untuk menginstruksikan kepada jajarannya agar dapat menangkap pelaku pembakaran tersebut. Mereka juga meminta kepada pihak yang disinyalir mengeluarkan surat edaran pelarangan sholat ied untuk menjelaskan kepada publik mengenai hal tersebut.