Ahad 19 Jul 2015 07:27 WIB
Pembakaran masjid

Ketum PBNU Kecewa Berat Terjadinya Peristiwa Tolikara

Ketum PBNU KH Said Aqil Siroj (kanan)
Foto: pbnu
Ketum PBNU KH Said Aqil Siroj (kanan)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj akhirnya ikut bersuara terkait penyerangan yang dialami umat Islam di Tolikara, Papua, ketika sedang menunaikan ibadah shalat Idul Fitri, Jumat (17/7) pagi WIT. "Saya kecewa berat & menyayangkan terjadinya peristiwa Tolikara(Papua) di saat bangsa ini membutuhkan kesatuan yg kokoh di era globalisasi," katanya melalui akun Twitter, @saidaqil.

Menurut dia, apa pun agamanya, apa pun sukunya, apa pun parpolnya, apa pun alirannya, semua harus bersatu memasuki era globalisasi. Hal itu harus dilakukan supaya bangsa ini tidak tergerus era yang menantang ini. "Kita membutuhkan persatuan & kesatuan yang kokoh," ujarnya. "Saya berharap kejadian (Tolikara) ini adalah yang terakhir dan tidak terulang kembali di masa yang akan datang."

Dia tidak ingin ada lagi konflik SARA di Indonesia. Jangan sampai kerusuhan terjadi hanya karena perbedaan agama atau suku. "Kalau sampai ada "aktor intelektual" di balik kejadian ini, itu sangat jahat sekali. Karena sebenarnya bangsa ini adl bangsa yg berbudaya," kata Kiai Said.

Dia melanjutkan, perbedaan agama bukanlah barang baru. Dan sejak sebelum Indonesia merdeka, masyarakat semua sudah menyepakati bahwa negara ini adalah nation state. "Kita semua menyepakati bentuk nation State/ Darussalam/ Negara Kesatuan yang merangkul semua komponen bangsa ini," ujarnya. "Saya berharap Pemerintah melalui aparat penegak hukumnya harus segera mengungkap kejadian ini dan menindak pelakunya."

Sebelumnya, massa Gereja Injili Di Indonesia (GIDI) menyerah umat Islam yang tengah menunaikan shalat Idul Fitri di lapangan Koramil l1702-11/Karubaga, Kabupaten Tolikara, Papua, Jumat (17/7) pagi WIT. Hal itu berakibat rumah Allah tersebut dibakar hingga tersisa puing-puing belaka.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement