Ahad 19 Jul 2015 17:01 WIB

Mendes: Tak Perlu Ada Egoisme Agama dan Antardesa Lagi

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Dwi Murdaningsih
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Marwan Jafar.
Foto: Republika/Prayogi
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Marwan Jafar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Indonesia, Marwan Jafar menegaskan, agar seluruh masyarakat daerah atau khususnya yang di perdesaan untuk menghindari konflik. Karena saat ini adalah era desa untuk membangun. Menurutnya tanpa solidaritas bersama, desa yang satu dengan desa lainnya akan terus terjadi ketimpangan. Ia meminta supaya konflik dihindari.

“Selain akan menimbulkan rasa ketakutan masyarakat, juga akan menghambat kesejahteraan rakyat untuk membangun desanya. Padahal, kehidupan antar desa juga sangat penting dan perlu rasa kebersamaan,” ujarnya, di Jakarta, Ahad (19/7).

Hal tersebut dikemukakan Marwan terkait terjadinya insiden di Torikala, Papua, beberapa hari lalu. Menurutnya, peran tokoh agama, tokoh masyarakat, aparatur desa dan kecamatan hingga daerah sangat penting terjalin. Tidak perlu lagi ada egoisme agama dan antar desa lagi. Komunikasi harus dikedepankan untuk menghindari konflik.

"Ini saya sampaikan, tidak hanya untuk insiden di Papua, tapi untuk seluruh wilayah Indonesia bahwa kita harus sama-sama sadar dan tenangkan diri. Bangun solidaritas dan kebersamaan kehidupan beragama dan masyarakat, ayo kita sama-sama membangun desa,” ujarnya.

Dengan terbangunnya solidaritas dan terjalinnya harmonisasi antar beragama dan antar desa, keinginan bersama seluruh rakyat Indonesia untuk membangun wilayahnya secara adil dan merata akan sama-sama terbentuk. “Hindari hal sekecil apapun yang memicu konflik. Lebih baik mencegah daripada sudah terlanjur terjadi,” ujarnya.

Persoalan konflik, kata Marwan, memang menjadi masalah bersama dari pemerintah pusat sampai tingkat daerah. Namun, yang paling terpenting adalah peran di daerah dari jajaran provinsi hingga desa. Pasalnya, mereka yang memahami karakter masyarakatnya sendiri.

“Perlu dibangun komunikasi lintas desa. Sehingga, antar desa akan saling mengenal masyarakat lainnya,” katanya.

Cara yang paling sederhana adalah gotong royong. Tidak hanya terbangun di satu desa saja, tetapi perlu melibatkan juga warga desa lainnya. Misalnya infrastruktur desa dan ajak warga antar desa untuk bersama-bersama terlibat. Dia menambahkan, membangun tempat ibadah. Upayakan agar aparat kecamatan sebagai fasilitator penghubung antar desa mengajak desa-desa terdekatnya untuk terlibat membangun. Jangan dilihat dari perbedaan agamanya, yang paling terpenting ada tatap muka antar warga dan desa terjadi. Maka dengan cara ini konflik bisa diminimalisir.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement