REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kelahiran bayi dari pasangan muda pengungsi Rohingya, Ahad (19/7) di Kuala Langsa, Aceh disambut gembira. Namun ada kesedihan yang memprihatinkan di balik kelahiran bayi perempuan tersebut.
Si ibu yang bernama Nurhalimah tidak bisa didampingi suaminya, Muh. Hakim hingga anaknya lahir. Pasalnya mereka terpisah di perahu waktu di pengungsian. Suaminya berada di Pengungsian Bayeun.
Menurut informasi yang didapat Aksi Cepat Tanggap (ACT) dari relawan di Bayeun dan Kuala Langsa, mereka tidak diperbolehkan bergabung.
Direktur Kreatif ACT Nurman Priyatna mengatakan akan mengupayakan keduanya bisa dipertemukan. Nurman mengupayakan proses advokasi bersama Komite Nasional Solidaritas Rohingya (KSNR).
"Sedang diupayakan advokasi bersama KNSR komite nasional Solidaritas Rohingya. Masih dalam proses," katanya kepada Republika Online (ROL).
Bayi perempuan yang lahir tersebut dibantu oleh relawan ACT yang bertugas di Kuala Langsa. Persalinan berjalan normal dengan berat badan bayi sebesar 2,4 kilogram.