REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Usai perayaan Hari Raya Idul Fitri, sejumlah pasar sepi pembeli. Kondisi ini terjadi seperti di Pasar Kranggan Yogyakarta. Berdasarkan pantauan Republika Senin (20/7), pasar tersebut tampak lengang dan tidak dipenuhi oleh pembeli seperti biasanya.
Hal ini pun dibenarkan oleh pedagang daging sapi asal Bantul, Asmudi (65). Menurutnya sejak H+1 dan H+2 lebaran, jumlah pembeli di kiosnya menurun drastis.
"Beberapa hari sebelum lebaran saya bisa menjual dua kuintal daging sapi per hari. Tapi sejak hari kedua lebaran sampai sekarang hanya bisa menjual 20 Kg," tuturnya.
Harga daging sapi pun sudah turun menjadi Rp 110 ribu, dari sebelumnya Rp 120 ribu per Kg. Namun begitu Asmudi mengaku tidak sulit mendapatkan pasokan daging sapi. Sebab ia mengambilnya langsung dari rumah pemotongan hewan (RPH) di Plered, Bantul.
Hal serupa juga dikemukakan oleh pedagang telur, Khotimah (60). Ia menceritakan, dari persediaan telurnya sebanyak 15 Kg, yang terjual hanya lima Kg. Itu pun terhitung dari Sabtu (18/7) sampai hari ini.
"Sekarang sudah sepi. Ini saja dari pagi belum ada yang beli," katanya.
Perempuan asal Mlati Sleman itu pun menuturkan, harga telur sudah turun sejak hari kedua lebaran menjadi Rp 20 ribu per Kg. Padahal beberapa hari sebelum Idul Fitri harganya Rp 22 ribu per Kg. Menurut Khotimah, setiap tahun penurunan pembeli usai lebaran memang selalu terjadi.
Aktivitas pasar diperkirakan normal kembali, seminggu atau dua minggu setelah lebaran.
Pedagang sembako di Pasar Kranggan, Radi (55) juga merasakan hal yang sama. Meskipun harga komoditas yang dijualnya stabil, penurunan pembeli tetap saja terjadi.
"Mulai sepi dari sehari setelah lebaran. Sampai sekarang juga belum ada pembeli yang mampir ke sini," ujarnya.
Perempuan asal Godean itu menyebutkan, harga-harga komoditas yang stabil seperti beras, bawang merah, dan bawang putih. Saat ini bawang putih dan bawang merah di kiosnya dijual seharga Rp 24 per Kg, dan beras Rp 8.500 per Kg.