REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Wartawati korban pembunuhan di Bojong Gede, Kabupaten Bogor, Nurbaety Rofig, dikenal sebagai mahasiswi yang cerdas ketika menjalani pendidikan di Kampus Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta angkatan 1989.
"Ya saya kenal dia (Nurbaety) selain cerdas, dia juga energik ketika kuliah," kata Kristopo, teman satu angkatan dengan Nurbaety di Depok, Senin.
Menurut dia, karena cerdas, maka mahasiswi jurusan Jurnalistik ini hanya empat tahun menjalani studi dan lulus di kampus yang terletak di Lenteng Agung Jakarta Selatan ini.
Ketika sudah lulus kuliah dari IISIP, dirinya tidak mengetahui Nurbaety bekerja di media mana. Namun hanya mendengar Nurbaety berpindah-pindah dari satu media ke media lainnya.
"Sampai akhir hayatnya saya juga tak tahu ia bekerja di media apa," jelasnya.
Kristopo bertemu terakhir kali dengan Nurbaety ketika ada acara reuni IISIP angkatan 1989 pada 23 November 2014.
Kristopo terkejut ketika mendengar kabar dari teman dekat Nurbaeti, Santi yang memberikan informasi bahwa Nurbaeti meninggal karena dibunuh, dan diperkuat dengan pemberitaan di televisi dan media online tentang tewasnya Nurbaety.
"Saya tak menyangka kalau dia meninggal dengan cara dibunuh," katanya.
Setelah mengetahui kabar tersebut, ia beserta teman satu angkatan 1989 di IISIP datang melayat ke rumah korban pada Ahad siang (19/7). "Saya berharap aparat kepolisian dapat segera mengungkap penyebab tewasnya Nurbaety," katanya.
Sebelumnya, korban ditemui tewas di rumahnya di Perumahan Gaperi RT 001/RW 009, Kedung Waringin, Bojong Gede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (18/7) dalam kondisi sudah membusuk dan ada bekas jeratan ikatan di tangan kirinya.
Korban ditemukan sekitar pukul 13.00 WIB oleh kerabat Nurbeti, Joko Riwanto (52) dan Ruwaidah (46).
Saat itu keduanya berniat untuk mengunjungi korban dalam rangka silaturahmi. Korban sendiri terakhir berkomunikasi dengan keluarga pada pertengahan puasa lalu.