REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO – Hampir enam bulan setelah serangan di kantor majalah satir Charlie Hebdo, editor baru majalah ini mengungkapkan tidak akan lagi menggambar kartun Nabi Muhammad. Ia tidak ingin menuai kecaman lagi dari umat Islam.
"Kesalahan yang bisa Anda timpakan pada Islam dapat ditemukan pada agama-agama lain," kata Laurent Sourisseau, editor senior dan penerbit Charlie Hebdo, dalam sebuah wawancara pekan ini dengan Majalah Stern, dilansir On Islam, Selasa (21/7).
Editor baru majalah mingguan ini tidak ingin majalahnya menimbulkan kemarahan umat Islam. Mengumumkan keputusannya untuk berhenti menggambar kartun Nabi Muhammad, ia berkata bahwa mereka telah melakukan tugasnya. Mereka telah membela hak-hak sebuah seni karikatur.
Januari lalu, Perancis dikejutkan lewat serangan berdarah di majalah satir Charlie Hebdo. Serangan itu menewaskan 17 orang, termasuk dua Muslim.
Melihat serangan Charlie Hebdo sebagai pengkhianatan terhadap agama Islam, para pemimpin negara dan organisasi-organisasi Muslim bergabung untuk mengecam serangan itu. Mereka menilai aksi itu tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Sementara, Muslim Perancis menuntut kriminalisasi terhadap majalah Charlie Hebdo atas tuduhan penghinaan agama. OKI juga menggugat Charlie Hebdo atas penerbitan kartun terbaru yang menggambarkan Nabi Muhammad tersebut.
Ini terjadi di tengah meningkatnya kemarahan Muslim di seluruh dunia akibat keputusan Charlie Hebdo untuk memublikasikan kartun Nabi Muhammad yang baru. Pasalnya, dalam edisi seminggu setelah serangan, majalah Charlie Hebdo masih menampilkan kartun Nabi Muhammad di halaman sampul.