REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menyikapi aksi pembakaran masjid dan kios di Tolikara, umat Islam berlomba menggalang dana untuk pembangunan kembali masjid. Ketua Ikatan Dai Indonesia (Ikadi), KH. Ahmad Satori Ismail menilai bentuk diplomasi kemanusiaan penting untuk menjaga toleransi di wilayah minoritas Muslim.
“Kita harus mengonsolidasi umat Islam supaya jangan terpecah belah. Umat Islam harus mendalami ajaran agamanya sehingga dipancing-pancing seperti apapun tetap kokoh,” kata Satori kepada Republika, Rabu (22/7).
Satori menilai, kerukunan umat beragama dan toleransi di Papua selama ini dikenal baik. Ia justru mengkhawatirkan adanya penyusup asing yang sengaja ingin mengais di air keruh. Mereka memprovokasi agar umat Islam melakukan balas dendam.
Satori juga mengkhawatirkan kasus ini akan dijadikan keresahan umum untuk meniupkan isu disintegrasi. Ketua Ikadi ini meminta umat Islam bersikap arif. Alih-alih bersikap provokatif, umat Islam harus mengokohkan dakwah di Papua, lewat pembangunan masjid, Islamic center, dan bantuan kemanusiaan.
Menurut dia, hal itu supaya umat Islam yang ada di Papua bisa semakin kokoh. Orang non-Muslim pun memahami bahwa apa yang dilakukan Muslim sangat indah dan toleran. Ia menegaskan bahwa dakwah di wilayah minoritas membutuhkan pendekatan berbeda dan hati-hati.
“Pemerintah juga perlu menyikapi secara adil. Maksudnya, kalau ada kelompok Islam yang melakukan kerusakan, langsung dipenjarakan pimpinannya. Ini harus juga diterapkan pada ormas atau gerakan yang melakukan serangan serupa sehingga keadilan bisa ditegakkan,” kata Satori.