REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Indonesia, Hafisz Tohir mendesak pemerintah Joko Widodo (Jokowi) segera menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) sesuai harga keekonomian saat ini. Sebab, tren harga minyak mentah di tingkat dunia terus turun.
“Sepanjang pengalaman saya yang telah menggeluti industri hulu migas dengan menjadi managing director di beberapa perusahaan migas nasional sejak 1998 maka kebijakan pemerintahan Jokowi wajib mengevaluasi kembali harga BBM dari harga yang ditetapkan saat ini. Karena Jokowi telah mencabut subsidi BBM dan menyerahkannya pada mekanisme pasar, ” ujarnya, di Jakarta, Rabu (22/7).
Sementara itu, fluktuasi harga minyak dunia yang saat ini mengalami tren penurunan hingga mencapai angka 51 dolar AS per barel. Harga ini diprediksi akan terus turun seiring dengan akan masuknya kembali minyak asal Iran ke pasar global.
Kecenderungan harga minyak diyakininya terus turun karena adanya kesepakatan bersejarah nuklir menyusul Iran dengan enam negara-negara besar setelah perundingan yang alot selama 10 tahun.
Disatu sisi, kebijakan pemerintah yang menyerahkan mekanisme pasar ini diakuinya sebenarnya bertentangan dengan konstitusi yang telah diputuskan oleh Mahkamah Konstitusi (MK). “Untuk itu, saya mendesak pemerintah saat ini juga perlu menurunkan kembali harga BBM sesuai harga keekonomian saat ini. Kebijakan ini harus segera dilakukan untuk membangkitkan perekonomian nasional yang sedang lesu,” katanya.
Selain itu, merangsang kembali daya beli masyarakat yang sempat turun, dimana selama ini daya beli yaitu sektor konsumsi menjadi salah satu andalan di sektor ekonomi untuk menekan laju inflasi. Dilansir dari laman AFP, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk penyerahan Agustus anjlok 1,63 dolar AS menjadi ditutup pada 51,41 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Sementara itu, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Agustus, patokan global, menetap di 56,86 dolar AS per barel di perdagangan London, turun 1,65 dolar AS dari penutupan Selasa (21/7).