REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Turki telah memblokir akses ke Twitter untuk mencegah penyebaran foto pemboman Senin (20/7) di Suruc, di mana setidaknya 31 orang tewas.
Para pejabat Turki mengatakan larangan tersebut akan dicabut setelah gambar-gambar terkait dengan serangan itu dihapus.
Belum ada yang mengaku bertanggung jawab atas serangan bom bunuh diri Senin (20/7), meskipun para pejabat Turki mengatakan mereka memiliki alasan yang kuat untuk berkeyakinan pemboman dilakukan oleh militan Negara Islam.
Ledakan itu menarget kelompok aktivis yang sebagian besar terdiri dari para mahasiswa yang berencana melakukan perjalanan melintasi perbatasan terdekat dengan Suriah, untuk membantu membangun kembali kota Kobani.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengutuk serangan sebagai "tindakan teror." Amerika Serikat juga mengutuk keras serangan itu, menyebutnya "keji."
"Kami menyatakan solidaritas kami dengan pemerintah Turki dan warga Turki dan menegaskan kembali tekad kami untuk bersama-sama memerangi ancaman terorisme," kata juru bicara Gedung Putih Josh Earnest dalam pertemuan dengan wartawan.
Di Suruc, terletak kamp penampungan para pengungsi Suriah yang melarikan diri dari kekerasan di negara mereka.
Tepat di seberang perbatasan di Suriah, Kobani telah menjadi lokasi pertempuran sengit antara pasukan Kurdi dan militan Negara Islam.
Awal bulan ini, para aktivis mengatakan pejuang Kurdi telah memukul balik para pejuang Negara Islam dari Kobani setelah para tentara militan mengambil alih beberapa wilayah di kota tersebut. Puluhan warga sipil tewas ketika militan ISIS melancarkan serangan balasan di kota Kobani.
Pejuang Kurdi, yang didukung oleh serangan udara koalisi yang dipimpin AS, menduduki kembali kota dekat perbatasan Turki yang diperebutkan tersebut pada awal tahun ini dan sejak itu pengaruh ISIS berhasil dihalau dari wilayah perbatasan lainnya.