REPUBLIKA.CO.ID, BIRMINGHAM -- Mushaf Alquran yang diklaim tertua ditemukan Universitas Birmingham, Inggris. Padahal Mushaf Alquran tertua sebelumnya ditemukan di ibu kota Yaman, Sana'a.
Mushaf tersebut ditemukan saat pemerintah merenovasi sebuah masjid kuno di Sana'a. Bungkusan tersebut ditemukan berisi perkamen dan kertas yang berada di atap masjid dan diamankan Ketua Dinas Purbakala Yaman Kadi Ismail al-Akwa.
Temuan ini kemudian diteliti lebih lanjut oleh pakar kaligrafi Arab dan paleografi Alquran dari Universitas Sarre, Jerman Gerd Rüdiger Puin. Meski akhirnya Puin diusir dari Yaman dan dilarang melanjutkan penelitiannya.
Benham Sadeghi dan Mohsen Gourdazi dari Universitas Stanford dan universitas Harvard dalam makalahnya menuliskan bila Alquran disebarkan secara bertahap. Beberapa sahabat Nabi menyusun salinan kitab suci untuk kemudian disebarkan ke kota-kota lain.
Mushaf Sana'a dituliskan tanpa tanda baca atau huruf gundul seperti naskah asli yang dibuat khalifah ketiga Utsman bin Affan. Disebutkan, hal ini membuat adanya perbedaan pelafalan secara berbeda oleh pembaca yang berbeda.
Perbedaan ini membuat mayoritas akademisi Eropa dan Amerika Utara terbagi menjadi dua kelompok utama. Kelompok pertama minoritas terdiri dari 'revisionis', yaitu mereka yang menolak gagasan Utsman berusaha untuk memperbaiki teks atau mereka percaya ada perubahan besar dalam teks standar setelah mushaf Utsman.
Sementara kelompok kedua merupakan yang skeptis dan jauh lebih besar. Mereka tidak menegaskan teks standar yang muncul adalah sama namun mereka juga tidak menyangkal bila perubahan signifikan mushaf setelah Utsman bisa terjadi.
Seperti dikutip dari Islamic Awareness, mushaf ditemukan dalam bungkusan berisi perkamen dan kertas. Bungkusan yang ditemukan di Sana'a tersebut dikatakan adalah mushaf dua volume yang dikaitkan dengan khalifah keempat Ali bin Abi Thalib.
Di volume pertama terdapat ungkapan Separuh mushaf yang disalin oleh ayah dari dua cucu dan dua syuhada, Rajab 1395.
Selanjutnya di akhir mushaf juga terdapat pernyataan dari Ahmad bin Ahmad bin Muhammad al-Djarafi yang mengatakan ia pertama kali melihat mushaf tersebut pada 1317 AH atau 1900 SM di Masjid al-Shahidayn saat berusia 10 tahun. Mushaf tersebut dikabarkan mengandung 86 persen isi Alquran dengan 58 surah.