Kamis 23 Jul 2015 20:58 WIB
mushaf alquran tertua

Sayang, Banyak Mushaf Alquran Kuno Dibeli Kolektor Asing

Rep: c26/ Red: Damanhuri Zuhri
Dr Muchlis Hanafi.
Foto: Republika/Damanhuri Zuhri
Dr Muchlis Hanafi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dewan Pakar Pusat Studi Alquran (PSQ) Dr Muchlis Hanafi menyayangkan banyak mushaf Alquran kuno di Indonesia yang dibeli kolektor asing. Pasalnya kebanyakan mushaf tersebut dimiliki ahli waris dan tidak tersimpan di museum.

"Sangat disayangkan, banyak mushaf Alquran kuno dibeli kolektor asing yang menghunting benda kuno dari ahli waris,'' kata Muchlis kepada Republika, Kamis (23/7).

Ia mengatakan kebanyakan ahli waris tergiur dengan kolektor asing dari luar Indonesia yang berani membayar dengan harga tinggi. Apalagi mushaf tersebut merupakan benda bersejarah yang tentunya langka.

Untuk itu, perlu dilakukan gerakan nasional dari pemerintah demi menyelamatkan lembaran-lembaran naskah kuno Alquran. Agar bukti sejarah Islam tersebut tetap terjaga keberadaannya hingga bertahun-tahun lamanya.

Pemerintah, kata Muchlis, harus berani bertindak untuk mengumpulkan mushaf Alquran yang masih banyak dimiliki ahli waris. Pemerintah bisa membeli kepada pemilik agar mushaf bersejarah dapat ditempatkan sesuai standar konservasi benda kuno.

Menurut doktor dari Universitas Al Azhar Kairo, selama ini kepemilikkan lembaran-lembaran Alquran tersebut masih terbatas dimiliki ahli waris atau perseorangan.

Padahal jika disimpan tidak benar, benda tersebut terancam rusak. ''Berbeda jika disimpan di tempat konservasi seperti museum yang memiliki standar penyimpangan yang baik,'' jelas Muchlis.

Selama ini, sambung alumnus Pondok Modern Gontor Ponorogo ini, pemerintah belum banyak bertindak untuk melakukan konservasi terhadap mushaf Alquran kuno.

Di Museum Bayt Alquran saja, kata dia, sebagian besar mushaf yang ditemukan disimpan dalam bentuk digitalisasi agar tetap terjaga keberadaannya.

''Dari 396 mushaf yang ada, naskah asli dari tulisan tangan hanya berjumlah 20 buah, Kebanyakan di Bayt Alquran bentuknya berupa digital," kata Muchlis menerangkan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement