REPUBLIKA.CO.ID, TOLIKARA -- Jemaat GIDI, Darwis Zikwa (35 tahun) menyatakan, insiden terbakarnya kios dan masjid di Distrik Karubaga, Kabupaten Tolikara, Papua, dipicu provokasi jemaat dari luar Tolikara. Sebab, menurut Darwis, di wilayahnya antarumat agama hidup rukun dan saling membutuhkan.
"Ajaran GIDI memang keras karena hanya, melarang selain gereja lain masuk ke sini. Itu untuk menghargai GIDI di sini," katanya kepada Republika, Kamis (23/7) 21:55 WIT.
Dari spanduk yang terpasang di Kantor Pusat DIGI Jayapura, seminar Internasional di GIDI berlangsung pada 15-19 Juli di Kabupaten Tolikara, Papua. Seminar itu dihadiri Pendeta Benjamin Berger dari Israel. Darwis mengakui, insiden terbakarnya kios akibat datangnya sekitar 2.000 jemaah GIDI dari seluruh dunia.
Tetapi, ia menegaskan Gereja GIDI tidak pernah melarang umat Islam merayakan Idul Fitri. Bahkan, sejak ia kecil penduduk dan pendatang maupun Muslim lokal selalu hidup rukun.
Menurut Darwis pelarangan yang tertera dalam surat edaran GIDI pada 11 Juli lantaran adanya seminar internasional tersebut. "Kenapa harus menjadi begini orang luar mengacaukan di sini lalu mereka hilang sudah," ujarnya.