REPUBLIKA.CO.ID,SOLO -- Pemkot Solo bersama tokoh agama, tokoh masyarakat, Muspida, Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) menggelar 'Deklarasi Kerukunan Umat Beragama' di Gedung Manganti Praja untuk mengantisipasi insiden seperti di Tolikara, Papua.
“Kerukunan yang sudah tercipta di Kota Solo agar terus terpelihara, dan tidak terpengaruh kejadian di Tolikara,” jelas Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo, Jumat (24/7).
Kepala Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kota Solo Suharso menyebut, insiden di Tolikara semakin menguatkan persatuan antarumat beragama di Solo.
Dalam deklarasi disepakati bahwa warga masyarakat harus menjaga keamanan dan ketertiban Solo. Lalu, menjaga semangat persatuan toleransi dan solidaritas. Serta menjaga keutuhan Kota Solo.
Deklarasi serupa juga dilakukan di Kabupaten Boyolali. Seluruh elemen umat beragama di sana, seperti, MUI, pihak gereja, Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), satu suara menyatakan keprihatinan atas insiden Tolikara, Papua, usai salat Idul Fitri pada Jumat (17/7) lalu.
Kapolres Boyolali AKBP Budi Sartono mengatakan, dengan mengumpulkan pimpinan daerah, serta unsur umat beragama, disepakati bentuk pernyataan sikap bahwa insiden di Tolikara melanggar prinsip beragama dan kepribadian bangsa.