REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Bayt Alquran dan Museum Istiqlal Hakim Syukrie mengatakan, saat ini masih banyak mushaf kuno yang masih berada di tangan masyarakat. Baik itu masyarakat biasa atau pun masyarakat keturunan kerajaan.
Menurut Hakim, negara harus melakukan upaya untuk mengumpulkan mushaf kuno tersebut karena bila tidak disimpan di museum, mushab kuno tersebut terancam rusak dan tidak terawat.
“Kalau kita yang mengumpulkan agak susah karena pemilik bisa menjual dengan harga tinggi, mesti ada sokongan dari pemerintah,” kata Hakim di Gedung Bayt Alquran dan Museum Istiqlal, di Komplek TMII Jakarta Timur, Jumat (24/7).
Hakim juga menyebut upaya pengumpulan mushaf kuno juga terhalangi oleh kolektor yang mengimingi pemilik mushab dengan harga yang tinggi. Bila naskah mushab kuno ini lepas kepada kolektor, kata Hakim dapat membuat keberadaan mushab tidak jelas karena kolektor dapat menjual benda kuno tersebut ke mana saja.
Begitu juga dilihat Hakim bila mushab tetap berada di tangan msyarakat. Di mana penyimpanan yang tidak memperhatikan aspek keamanan rentan untuk membuat mushab itu mengalami kerusakan.
“Kadang kalau lama disimpan masyarakat ada yang digigit rayap, kalau di kita kan kita simpan di tempat yang layak,” ujar Hakim.