REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bayt Alquran dan Museum Istiqlal yang berlokasi di Komplek Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta Timur saat ini menyimpan sekitar 40 naskah mushaf kuno yang diperkirakan dibuat pada abad 18 M sampai 19 M.
Peneliti Bayt Alquran Hakim Syukrie mengatakan naskah mushab kuno yang dikumpulkan oleh Museum Istiqlal ada yang dari sumbangan warga, ada juga yang hasil sumbangan dari keluarga-keluarga kerajaan baik keratin ataupun kesultanan.
“Di sini ada 40-an naskah Mushab. Enggak setua yang ditemukan di Birmingham (Inggris). Rata-rata dari abad 18 sampai 19 (Masehi),” kata Hakim saat melayani kedatangan Republika di Museum Istiqlal, Jumat (24/7).
Tidak hanya naskah asli, Hakim juga memperlihatkan sekitar 300-an pajangan Mushaf Alquran hasil dokumentasi dari tim peneliti di Bayt Alquran TMII. Dokumentasi berupa hasil jipratan foto-foto lembaran-lembaran naskah Mushaf kuno yang dimiliki oleh masyarakat.
Hakim mengatakan dari semua naskah mushab kuno yang ada di Bayt Alquran dan Museum Istiqlal, baik yang dari masyrakat biasa atau dari keluarga kerajaan, merupakan naskah mushab yang asli Indonesia. Hal ini ditandai dengan corak hias dari lembaran-lambaran Mushaf yang mencirikan daerah-daerah tertentu di nusantara.
“Kalau tulisan sama semua tulisan Arab. Tapi hiasannya itu yang berbeda yang tidak ditemukan di negara lain,” ujar Hakim.
40 Naskah kuno yang masih utuh yang dimiliki Bayt Alquran dan Museum Istiqlal diletakkan di lantai satu gedung museum yang terbuka untuk umum ini. Saat Republika melihat, ada beberaoa naskah yang berasal dari Aceh, Sumatera Barat, Kalimantan, Cirebon, Bima, Madura, Surabaya, Kerinci dan beberapa daerah lain.
Hakim menyebut warisan Islam yang bercoraj kebudayaan Indonesia ini harus terus dijaga dan dilestarikan. Karena mushab ini kata Hakim merupakan bukti sejarah yang menandakan Islam sudah ada di Indonesia dalam waktu yang sangat lama.