Jumat 24 Jul 2015 23:59 WIB

Bali Eliminasi Anjing Secara Selektif

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Djibril Muhammad
Anjing, salah satu hewan peliharaan penular rabies, selain kucing dan kera.
Foto: Siwi Tri Puji/Republika
Anjing, salah satu hewan peliharaan penular rabies, selain kucing dan kera.

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali, I Putu Sumantra menyayangkan anggapan negatif publik terhadap Bali dengan banyaknya ditemukan anjing yang mati dibunuh. Menurutnya, tindakan mengeliminasi anjing bukanlah pembantaian anjing.

"Tindakan ini dilakukan secara selektif dan memiliki target, bukan sembarangan. Ini hanya dikhususkan untuk anjing liar," katanya di Denpasar, Jumat (24/7).

Sumantra mengimbau masyarakat umum untuk mendukung program pemberantasan rabies yang dilakukan pemerintah provinsi.

Yayasan pecinta hewan yang ada di Bali dan luar Bali juga diharapkan membantu mengedukasi masyarakat tentang cara merawat anjing supaya terhindar dari rabies, berikut langkah penanganan jika ditemukan anjing terindikasi rabies.

Kasus gigitan anjing yang mengidap rabies di Bali meningkat mencapai 220 kasus hingga pertengahan 2015. Rabies sudah menyebar ke 156 desa yang ada di Bali. Sepanjang 2008-2015, ada 20 ribu orang yang digigit anjing di Bali atau rata-rata 125 kasus gigitan per hari, serta telah memakan korban jiwa 159 orang.

Berdasarkan data pemerintah provinsi, populasi anjing di Bali saat ini mencapai 500 ribu ekor. Dari jumlah tersebut, hanya lima persen yang dipelihara baik oleh pemiliknya. Sebanyak 70 persen anjing di Bali memiliki pemilik namun dibiarkan hidup berkeliaran, sedangkan 25 persen lainnya adalah anjing liar yang tak bertuan.

Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Bali telah melakukan berbagai upaya pengendalian rabies, melalui vaksinasi, edukasi, sterilisasi, serta eliminasi. Kepala Dinas Kesehatan Bali, I Ketut Suarjaya memaparkan pemeritah telah menyiapkan vaksi antirabies (VAR) dengan dana mencapai Rp 100 miliar.

"Kasus gigitan anjing jangan dianggap sepele. Masyarakat menganggap jika digigit anjing cukup mencarikan VAR, padahal VAR sesungguhnya bukan solusi untuk meredam kejadian rabies," ujar Suarjaya.

Ia menambahkan, rabies hanya bisa diredam dari hulu, yaitu pemelihara anjing dan masyarakat. Posisi dari gigitan anjing yang terinfeksi rabies juga mempengaruhi cepat atau lambatnya seseorang akan meninggal.

Virus rabies akan menyerang otak dan mengalir mengikuti aliran darah. Jika virus telah menyentuh otak, maka yang bersangkutan tak akan tertolong lagi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement