REPUBLIKA.CO.ID, SRINAGAR -- Menampilkan kasih sayang antarumat beragama, Muslim Kashmir bergegas menyelamatkan para peziarah Hindu setelah banjir bandang menghancurkan kamp mereka dalam perjalanan ke kuil Armanath.
“Saya tidak bisa mengungkapkan apa yang saya lihat dengan kata-kata,” kata Ayatri dari Gurdaspur Punjab kepada Kashmir Media Service News, dilansir dari onislam.net, Senin (27/7).
Ayatri adalah satu dari sekian ratus peziarah Hindu yang sedang melakukan perjalanan ke kuil Armanath untuk berziarah saat banjir bandang menerjang Baltal Base Camp di Gandarbal. Ketika semua orang berlari untuk menyelamatkan hidupnya masing-masing, termasuk polisi dan tentara, Muslim Kashmir mempertaruhkan nyawa menyelamatkan mereka.
Ayatri mengisahkan, banjir bandang itu tidak hanya menghanyutkan tenda dan barang-barang, tetapi juga saudara-saudara mereka. Orang-orang menangis meminta bantuan. Semua berlari masing-masing untuk mencari perlindungan.
Dalam kondisi tak terkendali itu, orang Kashmir muncul menyelamatkan dia dan anggota keluarganya, termasuk dua anak Ayatri yang masih balita. “Saya tidak tahu lagi bagaimana harus berkata-kata,” kata Ayatri.
Seorang peziarah Hindu lain dari Mathura Uttar menuturkan kesaksian yang sama. Apa yang dilakukan Muslim Kashmir hari itu telah menghapus kesalahpahaman yang menyebar di benak orang Hindu selama bertahun-tahun.
Pratibah Devi mengungkapkan, ia dan suaminya tidak pernah membayangkan betapa Kashmir yang mereka benci bisa berubah menjadi penyelamat. Ia menyadari bahwa laporan media India tentang orang-orang Kashmir selama ini hanyalah sebuah kebohongan.
Pratibah melanjutkan, bahkan organisasi Hindu menikmati propaganda negatif tentang orang-orang Kashmir. Orang-orang Kashmir nyatanya tidak hanya berani, tetapi suka menolong. Sambil mengkritik polisi India yang gagal menyelamatkan mereka, para peziarah Hindu lain mengaku berutang nyawa kepada Muslim Kashmir.
“Saya berterima kasih kepada seorang muslim lokal yang menyelamatkan hidup Rahul, anak saya yang berusia 19 tahun. Saya tidak akan pernah melupakan uluran tangan orang-orang Kashmir seumur hidup saya,” kata Anil Khana dari Chanakyapuri, New Delhi.
Kashmir terbelah menjadi dua wilayah, masing-masing diperintah oleh India dan Pakistan. Mereka telah memperjuangkan kemerdekaan sejak 1947. Pakistan dan PBB mendukung hak rakyat Kashmir untuk menentukan nasib sendiri, tapi pilihan itu ditentang pemerintah India.