REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Editor Charlie Hebdo Laurent Sourisseau telah mengatakan bila tidak akan lagi menggambar kartun Nabi Muhammad. Pernyataan ini datang enam bulan setelah serangan mematikan di kantor majalah tersebut.
Hal itu diungkapkan Sourisseau dalam sebuah wawancara dengan majalah Stern yang berbasis di Hamburg, Jerman.
"Kami telah menggambar Muhammad untuk membela prinsip bahwa orang dapat menggambar apapun yang mereka inginkan. Hal ini agak aneh meskipun, kita diharapkan untuk melaksanakan kebebasan berekspresi dan tidak ada yang berani," ujarnya dikutip dari dw.com pada Senin (27/7).
Menurutnya, majalah tersebut telah melakukan tugas yang menjadi menjadi kebijakan mereka. Begitu pula para kartunis.
"Kami telah melakukan tugas kami. Kami telah membela hak untuk karikatur," ujar Sourisseau.
Ia masih mempercayai bahwa pihaknya memiliki hak untuk mengkritik semua agama. Ia juga tidak ingin percaya bila majalahnya 'dirasuki oleh Islam'.
"Kekeliruan Anda bisa dipersalahkan Islam yang dapat ditemukan di agama-agama lain," lanjut dia.
Sourisseau memiliki 40 persen saham perusahaan tersebut. Ia selamat dari serangan mematikan di kantor Charlie Hebdo 7 Januari lalu. Ia menceritakan peristiwa tragis kepada Stern.
Saat serangan berakhir, kata dia, tidak ada suara, tidak ada rengekan.
"Itu adalah ketika aku mengerti bahwa sebagian besar sudah mati," katanya.
Para korban termasuk editor majalah yang dijuluki Charb, Stephane Charbonnier.
Kampanye mematikan itu dipimpin oleh adik kakak Kouachi pada Januari. Sebanyak 16 orang tewas setelah penyerbuan di kantor Charlie Hebdo tersebut. Mereka juga mengambil sandera di sebuah supermarket halal di pinggiran Paris.
n.melisa riska putri