REPUBLIKA.CO.ID, MADRID -- Para pakar keamanan dan menteri berkumpul di Madrid untuk melakukan pertemuan dua hari yang disponsori PBB untuk membahas cara menghentikan kelompok radikal meninggalkan negara mereka dan bergabung dengan kelompok bersenjata di luar negeri, Senin (26/7).
Pemerintah Spanyol mengatakan pihaknya juga akan memimpin pertemuan Komite Antiterorisme PBB pada Selasa, sehari setelah pembicaraan yang melibatkan para ahli internasional.
Spanyol tahun ini menjadi anggota Dewan Keamanan PBB dan telah meluncurkan tindakan keras terhadap kelompok radikal di dalam negeri. Spanyol akan menjadi tuan rumah diskusi tentang cara untuk menghentikan mereka menjadi radikal dan bepergian ke luar negeri sebagai "petempur asing teroris" (FTF) dan bagaimana untuk menghukum serta merehabilitasi mereka yang kembali.
PBB mengatakan dalam sebuah pernyataan, pertemuan itu bertujuan menghasilkan satu set strategi dan teknik untuk membimbing negara-negara anggota dalam upaya mereka mengatasi ancaman FTF.
Pemerintah Spanyol dalam sebuah pernyataan mengatakan petempur seperti itu merupakan salah satu ancaman yang paling mendesak dan mengkhawatirkan bagi perdamaian dan keamanan internasional.
"Negara harus bekerja sama bekerja melawan organisasi-organisasi teroris dengan cepat dan lancar saat kelompok bersenjata beroperasi," kata Direktur Eksekutif Komite PBB Jean-Paul Laborde.
Lebih dari 200 ahli dari 70 negara dan sekitar 30 menteri luar negeri atau dalam negeri atau wakil mereka menghadiri pertemuan dua hari itu. Para pejabat mengatakan antara 25 ribu sampai 31 ribu petempur tersebut telah menuju ke zona perang untuk bergabung dengan kelompok ISIS.