Senin 27 Jul 2015 22:52 WIB

Rupiah Terus Melemah, Ini Kata Gubernur BI

Rep: Binti Sholikah/ Red: Dwi Murdaningsih
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo (kiri) berjalan bersama Ketua BPK Harry Azhar Azis (kanan) menghadiri seminar nasional tentang transaksi lindung nilai (hedging) di Gedung BI Jakarta, Kamis (7/5). (ANTARA/Andika Wahyu)
Foto: ANTARA /Andika Wahyu
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo (kiri) berjalan bersama Ketua BPK Harry Azhar Azis (kanan) menghadiri seminar nasional tentang transaksi lindung nilai (hedging) di Gedung BI Jakarta, Kamis (7/5). (ANTARA/Andika Wahyu)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rupiah berada di level Rp 13.462 per dolar AS pada penutupan berdasarkan Bloomberg Dollar Index, Senin (27/7). Rupiah melemah 0,17 persen atau 23 poin dibandingkan penutupan Jumat (24/7) sebesar Rp 13.447 per dolar AS.

Pada perdagangan Senin, rupiah dibuka di level Rp 13.461 per dolar AS. Rupiah sempat anjlok mencapai Rp 13.478 per dolar AS pada sekitar pukul 15.30 WIB. Sedangkan menurut kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, kurs tengah rupiah berada di level Rp 13.453 per dolar AS pada Senin. Rupiah melemah 5 poin dibandingkan kurs tengah pada Jumat sebesar Rp 13.448 per dolar AS.

Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan, kondisi nilai tukar Indonesia semua dalam keadaan baik. Dia menekankan agar tidak perlu khawatir dengan nilai tukar Indonesia.

"Kalau kita mendalami nilai tukar memang ada kondisi eksternal yang mempengaruhi, yang utama adalah perekonomian di Amerika terus mengalami perbaikan, walaupun perbaikan tidak seperti yang diprediksi," ujar Agus di sela-sela acara halal bi halal di kantor pusat OJK Jakarta, Senin (27/7).

Selain itu, data ketenagakerjaan di Amerika juga menunjukkan perbaikan. Serta adanya statement Gubernur the Fed akan adanya peningkatan Fed Fund Rate (FFR). Menurutnya, hal itu menyebabkan dolar AS menguat dan mempengaruhi mata uang lain yang berdampak pada seluruh ekonomi dunia.

Agus menambahkan, kondisi eksternal yang juga perlu diperhatikan adalah ekonomi Cina. Selama 20 tahun ekonomi Cina tumbuh di atas 10 persen. Namun, selama 3 tahun terakhir terkoreksi turun. Bahkan pada tahun 2015 ini diperkirakan menjadi 6,8 persen. Selain itu, beberapak pekan lalu pasar saham Cina terkoreksi turun sampai 30 persen.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement