REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Penemuan salinan Alquran di Universitas Birmingham yang disebut-sebut sebagai Alquran tertua di dunia masih menjadi kontroversi. Beberapa pakar masih meragukan 'ketuaan' Alquran tersebut.
Seorang asisten profesor dari Yalova University Süleyman Berk dan kolektor Mehmet Cebi mengatakan Alquran tersebut milik dinasti Umayyah dan bukan versi tertua. Sebelumnya, Birmingham University mengklaim menemukan manuskrip Alquran tertua berusia 1.370 tahun.
Menurut Berk, Alquran tersebut berasal dari era Umayyah (tahun 661-750) sehingga salinan di Birmingham bukanlah yang tertua. Berk bersikeras halaman-halaman itu bukan berasal dari kekhalifahan ketiga, yaitu Ustman bin Affan atau sebelumnya.
"Saya membaca berita lagi dan lagi, kemudian terkejut. Berdasarkan pemeriksaan karbon, naskah berusia 1.370 tahun, tapi Kitab berbicara lain," kata dia dikutip Daily Sabah, Senin (27/7).
Seorang kolektor kaligrafi, Mehmet Cebi juga mengatakan penanggalan berdasarkan pemeriksaan karbon memiliki marjin eror hingga lima persen. Tidak mungkin bisa memastikan usia naskah hanya melalui metode tersebut.
Berk mengatakan banyak salinan Alquran yang ditulis pada era Umayyah. Menurutnya, Museum Seni Islam Turki memiliki koleksi mirip yang lebih banyak.
Menurut Berk, tidak ada naskah yang dibuat pada era Nabi Muhammad dan empat kekhalifahan.
"Memang ada naskah yang dibuat pada era khalifah Ustman bin Affan, namun investigasi akademik mengindikasi itu dibuat dari menyalin naskah bukan selama eranya," kata Berk.
Ia mengetahui hal tersebut karena timnya telah melakukan penyelidikan selama satu tahun untuk menggelar pameran peringatan 1.400 tahun Alquran. "Menurut penelitian kami, jelas halaman Alquran di Universitas Birmingham dan yang kami miliki berasal dari era yang sama," katanya.