REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Sebanyak tujuh rumah warga korban longsor Prambanan Februari lalu akhirnya direlokasi ke tempat yang lebih aman. Enam diantaranya berasal dari Lengkong, Sambirejo, dan satu lainnya dari Lemah Abang, Gayamharjo.
Menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman, Julisetiono Dwi Wasito mereka akan dipindahkan ke tiga lokasi. “Semuanya akan di pindahkan ke tempat yang lebih aman di bawahnya. Masih satu padukuhan. Yang dari Lengkong akan menempati tanah kas desa,” tutur Juli, Rabu (29/7). Sedangkang warga dari Lemah Abang menempati lahan pribadinya.
Saat ini, BPBD Sleman bersama Pemerintah Kecamatan Prambanan sedang mengatur ulang tata letak lahan yang akan ditempati warga korban longsor. Juli mengemukakan, relokasi warga sudah ditentukan sesuai dengan rekomendasi Badan Geologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
Keputusan tersebut menyatakan, lahan pemukiman rawan longsor itu tidak boleh lagi ditempati. Lahan itu memiliki struktur tanah yang rawan longsor.
Camat Prambanan, Abu Bakar mengatakan, akibat longsor awal tahun tersebut sejumlah rumah warga rusak dan amblas ke dalam tanah. Karena itu, para penghuni rumah perlu dipindahkan ke tempat yang lebih aman. “Masyarakat sendiri tidak menolak. Justru mereka senang karena mendapat tempat tinggal pengganti,” katanya.
Ia menuturkan, mulai besok masyarakat akan melakukan kerja bakti untuk membangun kembali rumah korban longsor di tempat yang lain. Sebagian kusen bangunan yang masih bagus dari sisa reruntuhan rumah akan digunakan kembali.
Abu Bakar menjelaskan, sementara ini sewa terhadap tanah kas desa masih dibayar oleh Pemkab Sleman. Namun ke depannya, masyarakat tidak keberatan untuk membayar uang sewa tinggal di atas lahan tersebut.
Rumah yang akan dibangun bagi korban longsor berupa hunian permanen. Program relokasi ini mendapat bantuan dari BPBD Provinsi DIY. “Bantuannya berupa material senilai Rp 27 juta,” kata Abu Bakar.