REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Sedikitnya dua wilayah di Kota Malang, yakni Kelurahan Merjosari dan Buring, pada musim kemarau rawan kekeringan dan krisis air bersih, bahkan kedua kawasan itu menjadi langganan krisis air bersih selama musim kemarau.
Kepala Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD) Kota Malang, Jawa Timur, Hartono, Rabu (29/7), mengatakan dua wilayah itu memang menjadi langganan krisis air bersih pada saat musim kemarau, bahkan di Kelurahan Buring, Kecamatan Kedungkandang, sejak Juni lalu sudah mulai ada droping air bersih.
"Kami juga sudah berkoordinasi dengan PDAM agar siap siaga jika sewaktu-waktu ada permintaan droping air bersih di kedua wilayah itu. Sampai sejauh ini pasokan air bersih di dua wilayah itu masih terpenuhi dari dua sumur bor yang ada, meski debit airnya terus menurun pada musim kemarau," katanya.
Sementara itu Direktur Utama PDAM Kota Malang Jemianto mengatakan daerah potensi krisis air bersih pada musim kemarau di Kota Malang sudah berkurang dibandingkan tahun sebelumnya karena PDAM sudah membuka saluran air ke beberapa wilayah yang rawan terjadi krisis air bersih.
Saat ini, lanjutnya, hanya ada dua wilayah yang rawan kekeringan dan krisis air bersih, yakni di Kelurahan Merjosari dan Buring, sedangkan tahun-tahun sebelumnya ada beberapa kawasan yang rawan. Di sejumlah wilayah yang rawan itu sudah dibangun sumur bor, sehingga kebutuhan pasokan air bersihnya tercukupi.
Kalaupun saat ini di dua wilayah rawan krisis air bersih itu membutuhkan bantuan pasokan, katanya, PDAM sudah siap, dengan catatan ada permintaan atau pengajuan dari warga, seperti yang dilakukan warga Buring beberapa waktu lalu.
Menurut Jemianto yang akrab dipanggil Jimmy itu, droping air akan dilakukan lima kali dalam sepekan ke wilayah yang krisis air bersih dan dalam satu hari didrop tiga kali. Pasokan air yang didistribusikan kepada warga dalam sekali droping sekitar 5.000 liter.
"Mulai Juni lalu kami sudah melakuan droping air bersih ke kawasan Buring. Selama ada permintaan, kami siap mengirimkan air bersih ke lokasi. Sedangkan tandon air yang ada, pasokan airnya terus berkurang akibat adanya penyusutan debit air, sehingga distribusi air dilakukan bergilir," ucapnya.