REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rektor Universitas Pertahanan (Unhan) Laksamana Madya Desi Albert Mamahit mengatakan, ilmu pertahanan harus dikembangkan di Indonesia. Unhan sebagai institusi pendidikan tinggi yang fokus kepada ilmu pertahanan, kata dia, berharap dapat bersinergis dalam ranah keilmuan dengan Komunitas Ilmu Pertahanan Indonesia (KIPI).
"Melalui konferensi ini, Unhan dapat mengembangkan dengan baik dalam ranah keilmuan, dan merespon gangguan pertahanan di Indonesia," ujar Mamahit di Jakarta, Rabu (29/7).
Menurut dia, pertahanan sebagai ilmu merupakan khasanah baru. Bahkan dalam kodifikasi ilmu yang dikeluarkan Kemenristek Dikti, kluster ilmu pertahanan belum termasuk dalam program studi yang bisa diajarkan di perguruan tinggi.
"Sampai saat ini, ilmu pertahanan belum masuk dalam kodifikasi, baik nasional maupun internasional. Dilihat ilmu perkembangan saat ini, sudah luar biasa. Praktiknya ilmu pertahanan sudah dilakukan dan dikaji," katanya.
Dia pun berharap, Kemenristek Dikti mau menerima ilmu pertahanan dengan cara kodifikasi. Pasalnya, ilmu pertahanan bukan semata-mata persoalan militer. Ilmu pertahanan jugaa meliputi masalah nirmiliter. Sehingga kalau masuk ilmu militer jelas tidak tepat.
Hanya saja, ia mengaku, hal itu butuh proses. "Ada tahapannya, rumusan yang dilalui agar bisa masuk kodifikasi. Prosesnya secara umum bisa dilakukan," kata alumnus AAL 1984 tersebut.
Dirjen Strahan Kemenhan Mayjen Yoedhi Swastanto menyatakan, postur pertahanan negara terus berkembang. Sehingga, doktrin pertahanan juga mengikuti lingkungan strategis sebagai mekanisme pertahanan diri.
Karena itu, ia mendukung ilmu pertahanan untuk dikembangkan dan diajarkan di kampus, tidak hanya Unhan. Hal itu untuk memberikan pemahaman kepada khalayak luas bahwa ilmu pertahanan sangat penting bagi pertahanan negara.