REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Para ahli margasatwa dan lingkungan hidup Bangladesh mengatakan pertumbuhan industri, perburuan gelap dan interaksi dengan manusia secara terus-menerus di jalur pelayaran dan hutan adalah penyebab utama kemerosotan drastis populasi harimau Benggala di Sundarbans.
Para ahli juga mengatakakan kelangkaan makanan, kerusakan habitat dan pembunuhan harimau secara membabi-buta juga menjadi penyebab utama lain.
Survei Departemen Kehutanan Bangladesh, dengan dukungan teknis dari Lembaga Margasatwa India, di dalam laporan dengan judul "Tiger Abundance in Bangladesh Sundarbans" mengungkapkan hanya ada 106 harimau yang hidup di Bangladesh.
Survei tersebut memperingatkan tindakan terhadap hutan saat ini akan menciptakan ancaman lain terhadap populasi harimau saat ini pada masa depan.
Ahli terkenal mengenai harimau dan hewan Monirul H Khan mengatakan harimau dan rusa berbintik secara rutin di diburu di Sundarbans. Rusa berbintik adalah makanan utama harimau. Jadi perburuan harimau serta rusa berbintik adalah penyebab utama merosotnya jumlah harimau.
"Pada 2011, satu jalur pelayaran komersial dibuka di dalam hutan dan berbagai peristiwa bencana juga menjadi penyebab utama lain. Baru-baru ini, minyak tumpah dalam jumlah banyak di jalur komersial tersebut dan selain ini, interaksi tak terkendali dengan manusia telah berlangsung di sana," kata Khan.
Ahli mengenai harimau itu juga mengatakan rata-rata lima harimau dibunuh setiap tahun. Lebih dari 1.000 rusa berbintik dibunuh. Statistik Departemen Kehutanan memperlihatkan sedikitnya 52 harimau dibunuh dalam 16 tahun belakangan.