REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar khawatir akan ketersediaan sumber air untuk memadamkan api ketika kebakaran lahan dan hutan terjadi. Karenanya, koordinasi antar kementerian dan lembaga serta menjaga kewaspadaan terus ditingkatkan. Hal tersebut seiring perkembangan laporan dari BMKG yang menyebut gelombang El Nino masuk Indonesia sudah di tahap sedang.
"Yang paling mengkhawatirkan adalah sumber air untuk mematikan api, kalau kita punya teknik water boombing atau pemadaman darat, tapi airnya tidak ada kan repot," kata Menteri Siti pada Jumat (31/7).
Karenanya, koordinasi lebih lanjut soal ketersediaan air akan dibahas dengan Menteri Koordinator bidang Maritim agar pembagian air untuk pemadaman kebakaran hutan menjadi jelas. Selama ini, sumber air untuk memadamkan api berasal dari sungai-sungai besar di Jambi dan Kalimantan Barat. "Kalau kurang, kalau perlu kita pakai air laut, ini yang masih dibicarakan," tuturnya.
Teknik andalan pemerintah dalam meredam kobaran api di hutan selama ini yakni dengan water boombing alias menembakkan air dari udara ke kawasan hutan yang terbakar. Namun jika kebakaran lebih besar, akan dikerahkan air traktor di mana alat tersebut akan menyapu api dengan bantuan energi kinetik secara seketika.
Dalam menanggulangi kebakaran hutan, lanjut Siti, Indonesia telah melewati masa kritis di Juni hingga Juli. Kewaspadaan akan terus ditingkatkan di Agustus-September. Bahkan rekomendasi BMKG menyebut, antisipasi harus disiapkan hingga November.
Titik api, lanjut dia, sejauh ini masih sekitar 40 persen yang aktif. Kondisi ini lebih baik dari pada tahun lalu di periode yang sama yakni mencapai 68 persen. Wilayah kewaspadaan utamanya difokuskan di Sumatera Selatan karena terjadi peningkatan hot spot.