REPUBLIKA.CO.ID, JOMBANG -- Indonesianis dari Chiba University, Jepang, Prof Emeritus Mitsuo Nakamura, menyatakan sejumlah peneliti Jepang tertarik mengkaji Islam damai yang dikembangkan Nahdlatul Ulama (NU).
"Untuk program itu, kami akan mengundang cendekiawan Muslim Indonesia untuk berdiskusi dengan para peneliti Jepang," katanya dalam diskusi di Universitas KH Hasyim Asy'ari (Unhasy), Pesantren Tebuireng, Jombang, Sabtu Malam.
Dalam diskusi bertajuk "Menjelang Satu Abad: Quo Vadis NU" dengan pembicara lain Prof Martin van Bruinessen (Utrecht University, Belanda) dan Prof Haris Supratno (Wakil Rektor Unhasy), ia menjelaskan citra Islam di Jepang saat ini sangat jelek.
"Itu karena ada orang Jepang yang menjadi target ISIS, karena itu saat saya bilang pada teman-teman bahwa saya akan menghadiri Muktamar NU di Indonesia, mereka bertanya apakah aman," katanya di sela Muktamar Ke-33 NU di Jombang, Jatim.
Oleh karena itu, dirinya pun menceritakan tentang NU dan Muhammadiyah di Indonesia, kemudian mereka tertarik dengan kajian Islam damai itu, sehingga akhirnya para peneliti Jepang sepakat merancang program kajian Islam Damai.
"Saya berharap Islam Ramah yang bukan Islam Ramah itu akan membuat orang Jepang bisa menerima Islam," kata penulis disertasi tentang Muhammadiyah itu.
Menurut dia, Islam Nusantara yang dijadikan tema Muktamar Ke-33 NU di Jombang, Jawa Timur, itu merupakan bagian dari identifikasi Islam di Indonesia yang damai atau ramah itu.
"Islam Nusantara itu identifikasi Indonesia dan merupakan bagian dari universalisme yang ditawarkan NU pada dunia. Islam Nusantara itu success story dari Indonesia yang perlu disebarkan secara internasional," katanya.