REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Indonesia Yohana Susana Yembise mengecam segala bentuk kekerasan terhadap anak atau pelajar. Termasuk dugaan kekerasan saat masa orientasi sekolah (MOS) yang menewaskan siswa sekolah menengah pertama (SMP) Flora, Bekasi, Jawa Barat, Evan Christoper Situmorang (12 tahun).
Meski mengaku belum mendengar kabar meninggalnya Evan, namun ia dengan tegas mengecamnya. “Itu tidak boleh terjadi karena saya juga pendidik,” ujarnya disela-sela kampanye memperingati Hari Anak Nasional (HAN) di Bundaran HI, Jakarta, Ahad (2/8).
Jika benar ada pelajar yang tewas akibat kekerasan saat MOS, pihaknya mengaku akan bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Pihaknya meminta Kemendikbud supaya menetapkan aturan tegas MOS tidak boleh memperbolehkan kekerasan terhadap anak.
“Karena anak punya hak tumbuh kembang dan harus dilindungi. Jadi, bukan disiksa seperti itu,” ujarnya.
Sebelumnya Evan meninggal dunia setelah dua pekan mengalami sakit di kedua kakinya. Evan diduga tewas setelah sakit di bagian kaki akibat berjalan hingga empat kilometer atas perintah seniornya saat hari terakhir MOS di sekolahnya.