REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim Pencari Fakta gabungan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Kementerian Agama menemukan fakta bahwa kasus korupsi Bupati Tolikara sengaja dialihkan dengan isu konflik antarumat beragama.
Kepada Republika, Ketua Tim Pencari Fakta Shohibul Farozi mengungkapkan kasus korupsi di Tolikara melibatkan banyak oknum, sehingga ia menyimpulkan bahwa peristiwa tersebut sengaja dimunculkan.
"Jangan sampai fakta korupsi Bupati Tolikara Rp 635 miliar tenggelam karena itu akar terjadinya insiden Tolikara. Dari mana dana untuk KKR dan seminar GIDI yang mencapai Rp 6 miliar? Ketua Panitia KKR itu Bupati Tolikara," kataFarozi saat dihubungi Republika, Sabtu (1/8) malam.
"Semua itu terjadi pasti pakai dana besar. Dana itu dari korupsi bupati. Datanya lengkap," jelasnya.
Farozi menjelaskan, temuannya sebagai upaya pelurusan data menyangkut persoalan insiden Tolikara. Menurutnya tujuannya menjelaskan hal ini untuk meluruskan info ini agar akar masalah Tolikara tidak berhenti di aksi penyerangan.
"Namun, lebih didetailkan lagi, kenapa menyerang? Siapa yang menyuruh menyerang? Apa motifnya? Siapa pendananya? Apa target penyerangan itu?," katanya.
Sebelumnya, pada tanggal 19 Juli Kementrian Agama Republik Indonesia. Menteri Agama, Lukman Hakim Saifudin melalui Badan Pusat Penelitian dan Pengembangan (PUSLITBANG) dan Diklat Kemenag membentuk dan memberangkatkan Tim Pencari Fakta Tolikara.
Tim terdiri atas Dr. H. Muhammad Adlin Sila, MA (Peneliti Madya), Dr. H. Zainuddin Daulay, M.Hum (Peneliti Madya), Shohibul Farozi, MA (PB NU), dan Sabara, S.Hi, M.Fil (Peneliti Muda) itu berada di Tolikara selama tujuh hari.