Ahad 02 Aug 2015 16:51 WIB
Muktamar NU

Muslimat NU: Agama Kekuatan Jaga Moral Bangsa

Ketua Umum Muslimat NU, Khofifah Indar Parawansa.
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Ketua Umum Muslimat NU, Khofifah Indar Parawansa.

REPUBLIKA.CO.ID, JOMBANG -- Ketua Umum Pimpinan Pusat Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) Khofifah Indar Parawansa mengatakan agama merupakan salah satu kekuatan untuk menjaga moral bangsa.

"Saya baru saja pulang dari salah satu negara bagian di Amerika Serikat yang melegalkan pernikahan sejenis. Menurut teman saya, di situ belum ada gereja yang mau memberkati pernikahan sejenis," kata Khofifah, saat melantik Pengurus Cabang Muslimat NU Kota Surabaya di Surabaya, Jatim, Ahad (2/8).

Khofifah mengatakan ada cerita menarik saat berkunjung ke Amerika Serikat. Dia menceritakan sebuah berita tentang adanya sebuah toko kue yang diberi sanksi oleh pemerintah setempat karena menolak pesanan salah satu pelanggan.

Menurut Khofifah, pemilik toko kue tersebut menolak menyiapkan kue untuk sebuah resepsi pernikahan sejenis. Kejadian itu kemudian dilaporkan ke polisi dan pemilik kue mendapatkan sanksi. "Pemilik kue menerima sanksi karena memilih untuk menjaga dan menegakkan moral dan menolak perkawinan sejenis," tuturnya.

Saat perjalanan menuju bandara untuk kembali ke Tanah Air, Khofifah menceritakan melewati sebuah gereja. Yang unik dari gereja itu adalah adanya bendera tidak biasa yang dipasang.

"Ternyata itu bendera yang menandakan bahwa gereja tersebut menerima jemaat penyuka sejenis untuk mengikuti kebaktian. Sebagai individu, gereja menerima siapa pun mengikuti kebaktian, tetapi tetap tidak akan memberkati perkawinan sejenis," ucapnya.

Karena itu, Khofifah mengatakan agama merupakan penjaga moral. Muslimat NU, sebagai bagian dari jam'iyah NU harus ikut membesarkan NU sebagai penjaga moral bangsa dengan kegiatan-kegiatannya. Hal itu yang membedakan NU dengan organisasi lain yang tidak berdasarkan keagamaan. Tanpa agama manusia bisa bebas melakukan apa pun yang dimau, tanpa ada batasan.

Menurut Khofifah, banyak manusia-manusia yang terlahir tanpa cacat, memiliki mata, telinga dan hati, tetapi tidak pernah melihat, mendengar dan merasakan kebenaran.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement