REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kericuhan yang terjadi di area kerja EPC 1 dan EPC 5 di Dusun Mojodelik Kecamatan Gayam Kabupaten Bojonegoro, Blok Cepu dalam proyek Banyu Urip milik Exxon Mobil Cepu Limited memaksa proses produksi dihentikan hingga Ahad (2/8) ini.
Vice President Public and Government Affairs Exxon Mobil Indonesia Erwin Maryoto menyebutkan, dalam sehari penurunan produksi mencapai 50 ribu hingga 55 ribu barel minyak per hari. Untuk segera memulai operasi, katanya, pihaknya menunggu kondisi di lapangan kondusif.
"Exxon sedang berkoordinasi erat dengan Tripatra - Samsung, kontraktor EPC 1, polisi, dan pihak pemerintah. Investigasi sedang berjalan," ujar Erwin, Ahad (2/8). Sementara itu, Erwin menegaskan bahwa tidak ada kerusakan fatal terhadap fasilitas yang ada di Lapangan Banyu Urip.
"Tingkat kerusakan sedang dikaji. Kajian awal menunjukkan sedikit atau tidak ada dampak terhadap fasilitas proyek Banyu Urip. Pekerjaan konstruksi EPC 1 dan kegiatan commissioning akan dilanjutkan kembali kalau sudah aman," kata Erwin.
Berdasarkan catatan petugas keamanan yang diperoleh Republika, beberapa mobil untuk kepentingan proyek juga menjadi sasaran amuk massa. Mobil tersebut kacanya dirusak, hingga digulingkan di area proyek yang bersentra di wilayah Gayam, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.
Penyebab amuknya pekerja, menurut kesaksian awal, berawal dari kurangnya pintu keluar untuk istirahat bagi karyawan yang hanya bisa digunakan tinggal 1 buah, yang sebelumnya 4 buah pintu. Pukul 14.00 WIB karyawan yang melaksanakan aksi membubarkan diri keluar dari area proyek.
Hingga saat ini belum ada konfirmasi dari pihak Exxon mengenai detil kerugian materi yang dialami. Erwin hanya menyebutkan, prioritas utama pihaknya adalah mengupayakan kondisi yang aman agar operasi produksi minyak bisa kembali dilakukan.