Ahad 02 Aug 2015 19:41 WIB

Perempuan Berkemajuan Jadi Kunci Aisyiyah ke Depan

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Damanhuri Zuhri
Ketua Umum Aisyiyah, Siti Noordjannah Djohantini memimpin jalannya sidang pleno II dalam Tanwir Muhammadiyah di Hotel Horison, bandung, Jawa barat, Jumat (22/6). Sidang tersebut membahas laporan dinamika gerakan Muhammadiyah di tingkat wilayah dan organisa
Foto: Republika/Agung Supri
Ketua Umum Aisyiyah, Siti Noordjannah Djohantini memimpin jalannya sidang pleno II dalam Tanwir Muhammadiyah di Hotel Horison, bandung, Jawa barat, Jumat (22/6). Sidang tersebut membahas laporan dinamika gerakan Muhammadiyah di tingkat wilayah dan organisa

REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Pemerintah Indonesia mencanangkan agar perempuan tidak memiliki perbedaan untuk mengakses dan melakukan berbagai hal yang lazim dikerjakan kaum laki-laki.

Sayang hal tersebut masih belum seluruhnya membuat pihak perempuan mampu menempatkan diri sejajar dengan laki-laki.

Ketua Pimpinan Pusat Aisyiyah Siti Noorjannah Djohantini menuturkan, keberadaaan organisasi perempuan Aisyiyah memang dibentuk dengan basis gerakan untuk berkiprah bagi bangsa maupun universal.

Dengan paham ini, kata Siti Noordjannah, kader Aisyiyah dididik untuk memiliki intelektual tinggi dengan belajar dari berbagai ilmu umum, bukan hanya ilmu agama.

Menurut Noorjannah, para pendiri Aisyiyah terdahulu selalau mendorong perempuan berani keluar dari pakem. Artinya perempun diminta tidak terlalu asik berada di lingkup domestik atau rumah tangga, namun mampu berperan di luar rumah.

"Dengan pakem seperti ini, terlihat dalam 100 tahun awal gerombolan perempuan Aisyiyah sulit dibendung dan mampu menumbukan perempuan Aisyiyah lain di berbagai tempat," ungkap Noorjannah,  Ahad (2/8).

Noorjannah menjelaskan, kehadiran Aisyiyah yang mampu keluar dari kebiasan perempuan lazim, sukses memberikan udara sejuk dalam membongkar ketertinggalan yang biasa dimiliki perempuan domestik.

Dengan segala gerakan praktis, Aisyiyah mampu turut serta mencerdasakan bangsa dengan mambangun pendidikan yang lebih baik dengan mendirikan sekolah, mulai dari sekolah dasar sampai sekolah tinggi.

Memasuki abad kedua, kata Noordjannah, Aisyiyah merasa masih bayak problematika yang belum terpecahkan. Meski penyamarataan gender terus digembar-gembor, nyatanya hal tersebut tidak sepenuhnya utuh.

Melihat hal ini, Aisyiyah bakal mendorong pandangan perempuan dengan nilai islam yang berkemajuan agar kebiasan gender ini bisa diselesaikan. Sehingga tidak ada lagi hal yang membedakan perempuan dan laki-laki dalam konteks paradigma.

Dengan pemikiran yang  berkemajuan, Noorjannah berharap perempuan mampu memperluas kepemimpinan. Bukan hanya di level atas, namun menjadi pemimpin sekaligus aktor di kalangan masyarakat dan komunitas sekitar mereka.

"Dengan visi berkemajuan dan ilmu mumpuni, perempuan akan mampu sejajar dalam memimpin mayarakat. Bisa menjadi seorang guru yang hebat atau menjadi pemimpin di kalangan tertentu," ujar Noorjannah.

Salah satu cara yang akan terus dikembangkan Aisyiyah untuk menjadikan perempaun lebih maju yaitu dengan konsep pelatihan. Contohnya para petani perempaun di desa, mereka akan dilatih semaksimal dan sekreatif mungkin. Aisyiyah pun akan terus menyiarkan bahwa perempuan sesuai nilai-nilai agama, dinyatakan ntuk mampu memimpin dan menebarkan kehidupan lebih baik bagi umat.

"Kalau perempuan maju tidak akan ada yang rugi. Anak tidak rugi, suami tidak rugi, bangsa pun tidak akan rugi. justru kalau ada yang mengimginkan perempuan tidak maju, itu justru sama dengan mengubur diri sendiri," ujarnya menegaskan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement