Senin 03 Aug 2015 14:11 WIB

'Media Lebih Peduli Kematian Singa daripada Bayi Palestina yang Terbakar'

Rep: c38/ Red: Bilal Ramadhan
Bayi Palestina terluka akibat terkena ledakan ranjau. (ilustrasi)
Foto: www.infopalestina.com
Bayi Palestina terluka akibat terkena ledakan ranjau. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Politikus ternama asal Inggris, George Galloway, menuduh media telah mengabaikan kematian balita Palestina yang dibakar hidup-hidup oleh pemukim Israel. Media justru lebih memperhatikan kematian Cecil, singa asal Zimbabwe.

"Perhatian terhadap pembunuhan biadab singa Cecil jauh lebih besar dibandingkan pembunuhan bayi Ali di Palestina," tulis Galloway, pemimpin vokal dari Respect Party di Twitter, dilansir dari onislam.net, Senin (3/8).

Tweet yang ia beri hashtag #Palestina itu mengacu pada kematian bayi Ali Saad Dawabsha di desa Duma, Tepi Barat. Galloway menulis, Ali terbakar sampai mati akibat serangan pemukim ilegal Israel di Tepi Barat. Tapi, tak seorang pun pihak berkuasa yang peduli, terlepas namanya bukan Cecil.

Peristiwa berawal Jumat (31/7) kemarin, ketika empat pemukim Yahudi melemparkan bom api di dua rumah di pemukiman Muslim. Akibat insiden itu, Ali Saad, seorang balita berusia 18 bulan yang sedang tidur tewas terbakar. Saudara Ali yang berusia empat tahun dan orangmtuanya juga mengalami luka kritis.

Para penyerang sempat menyemprotkan cat grafiti bertuliskan balas dendam dan hidup Mesias dalam bahasa Ibrani sebelum memecahkan jendela rumah dan melemparkan dua bom molotov ke dalam.

Di tengah minimnya perhatian terhadap kematian Ali, kematian singa terkenal asal Zimbabwe, Cecil, awal pekan ini menyedot perhatian internasional. Mereka menuntut dokter gigi asal Amerika, Walter Palmer, yang menembak Cecil diadili atas pembunuhan itu.

Protes serupa juga diungkapkan oleh banyak orang yang membandingkan kehebohan seputar kematian Cecil dengan kematian seorang migran di Terowongan Channel. Mereka menyebut kematian Cecil itu tampaknya lebih diprioritaskan oleh media dibandingkan kematian manusia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement