REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Kekuatan militer udara Amerika Serikat (AS) untuk pertama kalinya telah digunakan di Suriah untuk menyerang militan selain Negara Islam Irak Suriah (ISIS). Hal itu terjadi selama bentrokan antara Free Syrian Army (FSA) yang berjuang dan dilatih anggota AS, the National Salvation Front (NFS) dengan Jabhat al-Nusra. “Dukungan serangan udara telah diberikan Jumat lalu,” kata Kapten Jeff Davis, Senin (3/7).
Kapten Davis mengatakan AS akan memberikan dukungan defensif untuk NSF. AS tidak peduli dengan siapa mereka harus melawan. Banyak yang akan melihat ini sebagai 'misi merayap', seperti pemerintahan Presiden AS Barack Obama yang selalu bersikeras melakukan pertempuran hanya dengan ISIS, sebagaimana dilaporkan BBC.
Pada hari Senin (2/8), Kapten Davis mengatakan AS telah memberikan dukungan kepada NSF terhadap mereka seperti Jabhat al-Nusra. Namun, ia menambahkan bahwa para pejabat AS tidak bisa memastikan atau belum dapat memberikan rincian lebih lanjut tentang di mana bentrokan berlangsung.
Pada saat yang sama, juru bicara AS menegaskan bahwa perang ofensif di Suriah tetap terhadap militan IS. Jabhat al-Nusra afiliasi dari Alqaeda Suriah adalah salah satu kelompok pemberontak paling kuat. Pekan lalu, mereka mengaku telah menangkap sejumlah pejuang pemberontak yang dilatih pasukan AS.