Selasa 04 Aug 2015 10:12 WIB
Red: Sadly Rachman
REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Bangkok mulai tenggelam. Tidak ada yang menyangkal hal ini. Tapi belum ada yang dapat memastikan berapa lama lagi daerah metropolitan ini, yang berpenduduk 10 juta orang, dapat tetap ditempati.
Dewan Reformasi Nasional (NRC), di bawah rezim militer Thailand, menginginkan pemerintah membentuk komite nasional untuk merespon peringatan dari para ilmuwan bahwa Bangkok dapat secara permanen terendam air beberapa dekade mendatang.
Sejumlah tandanya sudah terlihat di pinggiran kanal Saen Saeb, yang dibangun pada akhir tahun 1930an.
Keretakan di trotoar yang tidak rata dan dinding-dinding rumah, toko-toko dan sebuah masjid tampak mulai reyot, menjadi pertanda bagi nasib yang tidak terelakkan bagi daerah di pinggiran air ini yang turun dua sentimeter per tahunnya, dua kali lipat rata-rata menurunnya permukaan daratan di ibukota ini.
"Jika kita berdiam diri, semua pihak akan rugi. Karena jika tanahnya sendiri menyusut, nilai tanah juga akan surut," menurut Sucharit Koontanakulvong, yang mengepalai Unit Riset Sistem Sumber Daya Air di Universitas Chulalongkorn.
Profesor Koontanakulvong dan anggota panel lainnya memperkirakan bila tidak ada langkah yang diambil, banjir rutin akan melanda Bangkok mulai dua dekade lagi selama dua hingga tiga bulan, yang dapat menyebabkan perekonomian Bangkok terhenti.
Ini pernah dialami pada musim hujan 2011, di mana 13 juta orang terkena dampak banjir - lebih dari 800 orang tewas - dan mengakibatkan kerugian ekonomi sebesar $45 miliar, menurut Bank Dunia.