REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah berencana mengurangi impor sapi bakalan asal Australia serta membuka peluang negara selain Australia memasok sapi-sapinya untuk diimpor Indonesia. Hal tersebut dilakukan karena pemerintah tak mau menjadikan Australia sebagai pemasok tunggal sapi bakalan seperti yang telah terjadi selama ini.
“Ini juga bagian dari upaya tata stok sembari membangun produksi sapi lokal," kata Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian (Kementan) Muladno pada Senin (3/8).
Kajian Kementan, terdapat 31 negara alternatif impor sapi yang telah dinyatakan oleh Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE) bebas penyakit mulut dan kuku (PMK) dan bebas penyakit sapi gila. Itulah yang akan menjadi bidikan Indonesia dan membuka peluang masuknya sapi-sapi impor.
Dengan beragamnya sumber pemasok sapi ke Indonesia, baik sapi bakalan maupun daging, Indonesia menurutnya tak akan lagi bergantung pada satu negara. “Kenapa hanya ketergantungan dari Australia, nanti kalau Australia tidak mau kirim ke Indonesia lagi, kita tidak perlu repot,” ujarnya.
Sembari mengatur soal impor sapi, Kementan akan memberdayakan peternak sapi agar mandiri dalam produksi sapi. Nantinya, peternak sapi yang selama ini terpencar-pencar dan belum terkelola akan dihimpun dalam suatu kelompok pelatihan. Begitu pun sapi-sapi mereka agar diternakkan di hamparan luas.
Sudah saatnya kemandirian pangan dirintis. Salah satunya dimulai dengan menjadikan peternak sapi nasional sebagai pelaku bisnis. "Sekarang pada ribut kalau impor, makanya ini sedang kita kendalikan, semangatnya untuk kemandirian, perlahan kita buktikan,” tegasnya.