REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengaku tidak terkejut dengan tingginya minat investor Jepang terhadap surat utang Indonesia. Menurutnya, Indonesia memang menjadi salah satu negara tujuan untuk berinvestasi dalam bentuk obligasi.
Seperti diketahui, pemerintah baru saja menerbitkan surat utang berdenominasi yen Jepang atau samurai bond senilai 100 miliar yen. Sebanyak 45 miliar yen merupakan surat utang tanpa garansi atau unguaranteed bond. Biasanya, investor Jepang enggan membeli surat utang Indonesia kalau tidak ada garansi dari Japan Bank for International Cooperation (JIBC).
Lana mengatakan ada beberapa faktor yang membuat minat investor Jepang terhadap samurai bond meningkat. Pertama karena Indonesia sudah mendapat rating BBB dari Japan Credit Rating (JCR). "Dengan rating itu, ibaratnya Indonesia sudah punya tiket langsung untuk jual obligasi di Jepang. Sebab, obligasi Indonesia sudah dalam kategori investasi," kata Lana kepada Republika.
Faktor lainnya karena surat utang tanpa garansi menawarkan imbal hasil yang lebih besar ketimbang surat utang bergaransi. Investor Jepang tidak terlalu takut dengan risiko gagal bayar karena rating Indonesia sudah BBB.
Menurut Lana, surat utang memang menjadi instrumen penting untuk pendanaan APBN selain bentuk pinjaman. Sebab, pemerintah saat ini tidak bisa mengandalkan pendanaan dengan menaikkan pajak lantaran melambatnya perekonomian Indonesia. "Kalau pajak naik, daya beli masyarakat Indonesia akan semakin tertekan," kata dia.