REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah penelitian yang dilakukan oleh mualaf Amerika, Shannon Abulnasr menunjukkan cara para mualaf Amerika mengenal Islam. Sahabat dan teman sekamar si mualaf menempati kelompok terbesar yang mempengaruhi seorang non-Muslim untuk mengenal Islam.
"Sebanyak 20 persen (14 orang) menyebut sahabat sebagai sumber informasi pertama tentang Islam," kata Shannon dilansir dari Onislam.net, Selasa (4/8).
Topik pembicaraan yang mengantarkan ketertarikan terhadap Islam itu beragam. Sebagian lewat kisah-kisah dalam Alquran, sebagian dari korup atau penyimpangan Alkitab, bahkan lewat perdebatan soal pernikahan.
Menurut survey itu, tidak ada benang merah dalam hal topik pembicaraan. Topik umum pun bisa mengantarkan seorang non-Muslim untuk mengetahui lebih banyak tentang Islam. Satu-satunya kesamaan, barangkali penjelasan konsep-konsep dasar Islam yang ada dalam bahasa Arab.
Shannon mengatakan, ini cara yang sangat sederhana dan mudah dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Hanya dengan mengucapkan kata atau frase seperti Bismillah, Masya Allah, atau Subhanallah, bisa jadi menjadi jalan keingintahuan seorang non-Muslim.
Kategori berikutnya, sebanyak 31,4 persen (22 orang) belajar melalui tiga kategori, yaitu melalui browsing web, chatting, dan kontak online. Sementara, 18,5 persen (13 orang) menyatakan bahwa mereka mengenal Islam lewat hubungan emosional dengan pasangan.
Sebanyak 8 dari 13 orang mengenal dari pacar mereka, sedang 5 orang belajar dari pasangan setelah menikah. Namun, tegas Shannon, ini tidak berarti kita harus menjalin hubungan dengan non-Muslim demi alasan 'dakwah'. Pasalnya, itu justru dapat menjadi bumerang di kemudian hari.
"Sisanya, 30 persen (21 orang) belajar sesuatu dari sejumlah orang yang berbeda, mulai dari tetangga, rekan kerja, sekolah, kerabat, atau sumber-sumber lainnya," demikian disebutkan dalam hasil penelitian.