REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Persatuan Produser Film Indonesia (PPFI) Firman Bintang menyebut eksibitor terbesar di Indonesia, Cinema 21 tidak berpihak pada film nasional. Sebab, dikatakanya, banyak film nasional yang tidak mendapat waktu yang lama untuk bertahan di bioskop.
Lalu bagaimana sebenarnya kebijakan Cinema 21 dalam memasang atau menurunkan satu film dari layar bioskop.
Tri Rudy Anitio, Direktur Cinema 21 mengatakan pihaknya memang memberlakukan kebijakan seperti itu. Dalam arti sebuah film yang tidak memenuhi persyaratan (tidak laku) maka akan langsung dicopot dari layar.
"Tapi itu hanya berlaku untuk film impor. Jika penonton film impor sangat minim, katakanlah 10 persen dari kapasitas, film tersebut langsung kami turunkan," ujar Tri Rudy dalam jumpa wartawan beberapa waktu lalu.
Untuk film nasional kebijakan itu tidak berlaku. Hanya saja, Cinema 21 dikatakan Tri, hanya mengurangi jumlah pertunjukan.
"Contohnya film Mencari Hilal. Tapi yang kami lakukan adalah, film yang tayang mulai 15 Juli itu tetap main satu minggu meski ada show yang kami kurangi," kata Tri.
Hal tersebut untuk memberi waktu kepada film tersebut, karena tidak bisa dipungkiri promosi dari mulut ke mulut tentang satu film sangat efektif.
"Siapa tahu bisa rebound karena penonton yang suka akan rekomen dari mulut ke mulut. Sebaliknya, untuk film yang penontonya ramai pasti akan ditambah pertunjukanya," ujarnya.
Lantas Tri menjelaskan bagaimana operasioal satu bioskop Cinema 21 beroperasi. Misalkan satu bioskop memiliki kapasitas 150 seat. Jika satu hari ada lima pertunjukan berarti ada 750 seat setiap harunya. Untuk operasional, pihaknya membutuhkan okupansi sekitar 30 persen.
Artinya, 225 penonton setiap harinya untuk satu studio butuh 225 penonton per hari. Angka tersebut menjadi batasan untuk menutup biaya operasional.
"Namun fakta yang ada sekarang adalah kami tetap pertahankan film nasional yang penontonya hanya 100 orang per hari. Artinya saat kami sudah alami kerugian operasional, tapi kami tetap pertahankan karena kami percaya masyarakat perlu cerita dari mulut ke mulut untuk menyaksikan film nasional tersebut," jelas Tri.
Untuk itu, Hans Gunadi selaku Presiden Direktur Cinema 21 berharap pertanyaan yang menyebut pihaknya tidak berpihak pada film nasional dapat disikapi dengan bijak.
"Karena bagaimanapun kami adalah pelaku usaha. Kami memiliki hampir 10 ribu karyawan. Kami tidak bisa serta merta membela kepentingan beberapa orang yang minta filmnya tetap ditayangkan meski hasilnya minim," ujarnya.
"Di satu sisi kami dituntut untuk terus menambah layar dari tahun ke tahun, tapi di satu sisi kami terus dipojokkan bahwa kami tidak membela film nasional," ujar Hans.