REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Sejak tahun 2005, KH Ahmad Nawawi Abdul Jalil melanjutkan kepemimpinan pondok pesantren Sidogiri, Kraton, Pasuruan, Jawa Timur. Ia menggantikan pengasuh sebelumnya KH Abdul Alim bin KH Abdul Jalil yang wafat pada 2005.
Kini, Kiai Nawawi ditunjuk menjadi salah satu anggota ahlul halli wal aqdi (Ahwa) di Muktamar NU ke-33. Ia berhak mengajukan pendapatnya tentang Rais ‘Aam.
Kiprahnya dikenal karena mengasuh pesantren yang kini terkenal menjadi model pesantren mandiri melalui pengembangan BMT-BMT Syariah yang menyebar terutama di hampir setiap kabupaten di Jawa Timur.
Dalam berbagai kesempatan, Kiai Nawawi selalu menekankan kepada para santrinya tentang pentingnya menjaga muru'ah ulama dan komitmen pengabdian terhadap NU.
Tak heran, website nu.or.id melansir bahwa para santri Sidogiri yang banyak mendirikan pesantren modern, selalu melabeli pesantrennya sebagai bagian dari NU yang memadukan metode pendidikan modern dan mempertahankan kajian kitab klasik.
Kecuali pengembangan perekonomian, pesantren Sidogiri yang tengah diasuhnya kini dikenal memiliki banyak alumni muda yang mengembangkan pemikiran yang loyal dalam pemeliharaan paham Ahlus Sunnah wal Jamaah di tengah pelbagai macam aliran lain.
Pesantren Sidogiri didirikan pada 1745 M oleh Sayyid Sulaiman bin Abdurrahman Basyaiban yang wafat pada 1766 M. Sayyid Sulaiman tidak lain keturunan keempat Syekh Syarif Hidayatullah yang biasa dikenal dengan Sunan Gunung Jati.