Rabu 05 Aug 2015 21:22 WIB

Komat: Soal Insiden Tolikara, Jangan Salahkan Polisi

Rep: c35/ Red: Agung Sasongko
Barang bukti perlengkapan Masjid Baitul Muttaqin yang terbakar diamankan Polres Tolikara, Papua, Sabtu (25/7).
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Barang bukti perlengkapan Masjid Baitul Muttaqin yang terbakar diamankan Polres Tolikara, Papua, Sabtu (25/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian masyarakat mempertanyakan sikap polisi saat insiden Tolikara. Namun, Tim Pencari Fakta Komite Umat untuk Tolikara (KOMAT), Ustaz Adnin Armas menyatakan, polisi sudah melakukannya sejak surat pemberitahuan dari panitia seminar internasional tersebut sampai di tangan Kapolres Tolikara. 

Panitia seminar memberikan surat pemberitahuan pada tanggal 13 Juli. Pada saat itu pula Kapolres langsung menelpon Bupati Tolikara yang juga merupakan ketua panitia seminar internasional atau Kebangkitan Kebaktian Ruhani (KKR) tersebut. 

Bahkan Kapolres juga sudah menghubungi Presiden Gereja Injili di Indonesia (GIDI) pada hari itu juga. Bupati Tolikara sempat menjanjikan akan membicarakannya dengan panitia, terkait KKR tersebut. Kemudian pada tanggal 15 Kapolres memastikan kembali kepada bupati, dan pada saat itu bupati menegaskan sudah mengamankan acara. Dengan begitu Kapolres sedikit lega sehingga umat muslim Tolikara bisa melaksanakan sholat Ied dengan tenang. 

"Jangan disalahkan polisi, Kapolres sebenarnya sudah melakukan antisipasi, bahkan rekaman pembicaraannya dengan bupati Tolikara yang menjanjikan keamanan dari acara KKR tersebut masih disimpan hingga saat ini," kata juru bicara Komite Umat untuk Tolikara (KOMAT) Adnin Armas, MA., ditemui saat Seminar Antar Umat Beragama di UNJ, Rabu (5/8).

Mengantasipasi terjadinya keributan bahkan ustaz Adnin menceritakan bahwa umat muslim Tolikara sudah mengatur untuk mempersingkat khutbah sholat Id, yang terpenting mereka masih bisa melaksanakan ibadah. Bahkan disana juga tidak ada speaker atau pengeras suara seperti yang pernah dihebohkan masyarakat sebelumnya. Karena disana memang sudah sangat menjaga toleransi antar umat beragama.

Keanehan juga timbul dari fakta bahwa ternyata Mabes Polri dan juga Polda papua tidak mengetahui kKR tersebut. Padahal kKR tersebut merupakan acara tingkat internasional dengan pemateri dari Israel yang bernama Benjamin Burger, serta peserta pun juga berasal dsri berbagai negara. Sehingga aneh jika pihak kepolisian sama sekali tidak mengetahui acara tersebut. Karena seharusnya panitia mengurus ijin resmi atas acara besar tersebut. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement