Rabu 05 Aug 2015 22:06 WIB
Muktamar Muhammadiyah

Buya Syafii: Jangan Jadikan Politik Tempat Mencari Nafkah

Cendekiawan Muslim Ahmad Syafii Maarif.
Foto: Prayogi/Republika
Cendekiawan Muslim Ahmad Syafii Maarif.

REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof Dr Syafii Maarif (Buya Syafii) mengharapkan kepada keluarga persyarikatan Muhammadiyah agar tidak menjadikan politik sebagai tempat mencari nafkah.

"Saya harapkan kepada kader-kader Muhammadiyah kalau mau masuk politik agar menyehatkan ekonomi rumah tangga dulu. Jangan jadikan politik sebagai sumber penghasilan," ujar Buya Syafii pada Dialog Kebangsaan Muktamar Muhammadiyah ke 47 di Unismuh Makassar, Rabu (5/8).

Dialog yang dipandu Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Dr Din Syamsuddin tersebut juga menampilkan tokoh reformasi Prof Dr Amien Rais MA dan mantan Menteri Agama Malik Fajar.

Buya Syafii mengatakan tema muktamar "Gerakan Pencerahan Menuju Indonesia Berkemajuan" "gawat" karena Indonesia saat ini memiliki masalah yang komplek seperti demokrasi, HAM, parpol yang "rabun ayam" dan sepinya negarawan.

Buya Syafii juga berpesan kepada para orang tua agar tidak menghukum anak-anak muda karena sekarang ada proses Islamisasi secara kualitatif di kampus-kampus ternama seperti di UI dan ITB.

"Muhammadiyah sudah membantu bangsa ini, kadang-kadang negara tidak menghargai tetapi tidak apa-apa. Mencerdaskan bangsa itu tugas negara tetapi negara tidak mampu menangani sendiri sehingga membutuhkan peran swasta termasuk Muhammadiyah," katanya.

Menurut Buya Syafii negara sedang buta konstitusi karena itu jihad konstitusi perlu diteruskan siapapun pemimpinnya.

"Muhammadiyah jangan membikin parpol tetapi siapkan SDM yang jadi negarawan, Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) kita banyak. Harus diarahkan kesana," katanya.

Buya Syafii juga bercerita saat bertemu seorang jenderal dia mengatakan sekarang harapannya tinggal kepada Muhammadiyah karena organisasi ini sulit diintervensi oleh negara.

Kendati banyak persoalan Buya Syafii meminta agar tidak berputus asa. "Dilorong sana masih ada secercah cahaya. Islam itu membangun peradaban bukan membangun kebiadaban," katanya.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement