Jumat 07 Aug 2015 19:24 WIB
Muktamar NU

Kisah Jokowi yang Salah Kostum di Muktamar NU

Rep: Halimatus Sa'diyah/ Red: Indah Wulandari
Presiden Joko Widodo (kiri) diikuti Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj (kanan) dan Pengurus PBNU Mustofa Bisri (kedua kanan) menuruni mimbar usai membuka Muktamar Nahdlatul Ulama ke-33 di Jombang, Jawa Timur, Sabtu (1/8).
Foto: ANTARA FOTO/Zabur Karuru
Presiden Joko Widodo (kiri) diikuti Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj (kanan) dan Pengurus PBNU Mustofa Bisri (kedua kanan) menuruni mimbar usai membuka Muktamar Nahdlatul Ulama ke-33 di Jombang, Jawa Timur, Sabtu (1/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) rupanya pernah mengalami salah kostum saat menghadiri Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) di Jombang, 1 Agustus lalu.

Pengalaman salah kostumnya itu dibagikan Jokowi pada peserta kongres Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Jumat (7/8).

Sebelum menghadiri Muktamar, Jokowi mengaku ada seseorang yang menyarankan agar dia mengenakan sarung saat hadir membuka acara itu. Penggunaan sarung sebagai bentuk penghormatan pada para kiai dan santri NU.

"Saya siapkan sarung. Saat keluar dari mobil saya kaget, ternyata sesepuh kiai di sana malah pakai jas dan dasi," kata Presiden yang disambut tawa peserta kongres.

Saat itu, Jokowi mendapat jawaban bahwa para kiai ingin menghormati presiden dengan mengenakan pakaian formal, jas dan dasi. Namun, ia sendiri justru datang dengan mengenakan sarung untuk menghormati lingkungan santri.

"Jadinya enggak sambung," kata Jokowi sambil tertawa.

Pembukaan Muktamar NU digelar di alun-alun Jombang pada Sabtu (1/6). Saat itu, Jokowi hadir dengan mengenakan atasan jas hitam dan sarung berwarna merah serta peci hitam.

Jokowi mengaku, sarung yang dibelikan istrinya itu sempat dipuji oleh Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri lantaran warnanya merah. Maklum, warna merah identik dengan PDIP, partai tempat Jokowi bernaung.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement