Sabtu 08 Aug 2015 20:32 WIB

Seorang Ibu Tewas usai Maksakan Diri Ikut Tradisi Pascamelahirkan

Korban tewas (ilustrasi)
Foto: www.metro.co.uk
Korban tewas (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Seorang ibu yang meninggal akibat sengatan udara panas setelah ia secara teguh mengikuti tradisi di Cina mengenai "pengungkupan setelah melahirkan" memicu perdebatan panas mengenai apakah tradisi mesti ditinggalkan.

Ibu itu jadi sakit parah setelah dibungkus selimut tebal tebal, sementara penyejuk udara dimatikan setelah ia melahirkan. ''Ia meninggal setelah dibawa ke Rumah Sakit Pusat Kabupaten Shanghai Fengxian,'' kata seorang staf kamar gawat darurat di rumah sakit tersebut, Jumat (7/8).

Media setempat Thepaper melaporkan tragedi serupa beberapa bulan lalu. Saat itu, seorang perempuan yang baru menjadi ibu dan menolak untuk dipindahkan selama masa zuoyuezi-nya meninggal akibat pembekuan darah pada arteri paru-paru.

"Zuoyuezi", yang secara harfiah berarti "duduk sebulan", adalah praktek di Cina yang mendorong seorang ibu baru agar istirahat di rumahnya selama satu bulan setelah ia melahirkan. Selama itu, ia akan dirawat secara khusus.

Ibu tersebut mesti mengikuti instruksi mulai dari menghindari membuka jendela, makan makanan dingin sampai mencuci rambut. Mereka disarankan agar tidak meninggalkan ranjang mereka, tergantung atas seberapa ketat seseorang mematuhi tradisi itu.

Orang Cina percaya pemulihan pasca-melahirkan sangat penting untuk memelihara kesehatan jangka panjang. Dan kasus tragis paling akhir tersebut telah bersumber dari konsep rakyat mengenai menjaga "keseimbangan hawa panas dan dingin".

"Seorang perempuan yang melahirkan anak akan mengeluarkan sangat banyak darah, sesuatu yang dipandang 'panas'. Secara tradisional dipercaya bahwa mereka mesti diberi makan sesuatu yang panas, seperti sop, setelah melahirkan. Mereka juga didorong untuk memakai pakaian lebih banyak daripada biasa dan menghindari angin," kata Profesor dari School of Public Health, Peking University, Wang Xiaoli, sebagaimana dikutip Xinhua yang dipantau Antara pada Sabtu (8/8),

Kasus tersebut memicu perdebatan di kalangan rakyat Cina di dunia maya. Sebagian besar berpendapat kebiasaan kuno itu mesti ditinggalkan.

Banyak orang percaya tragedi tersebut adalah kasus ekstrem. Tradisi itu masuk akal buat orang Tionghoa karena kondisi fisik yang berbeda antara rakyat Tiongkok Timur dan Barat.

Wang Xiaoli melakukan survei atas lebih dari 20.000 ibu baru di 105 kabupaten di Cina 10 tahun lalu. Ia mendapati bahwa sebanyak 71,9 persen ibu baru tersebut tidak mencuci rambut mereka dan 37,2 persen tidak membuka jendela rumah mereka selama satu bulan pasca-melahirkan.

''Tradisi itu tak banyak berubah, bahkan di kota besar. Itu adalah akibat pengaruh dari generasi tua,'' kata Wang.

''Sebagian tradisi tersebut mungkin bermanfaat buat ibu baru, tapi sebagian lagi tidak,'' kata Wang. "Menjaga tubuh tetap hangat sekalipun udara sangat panas adalah tindakan yang berlebihan, dan kebiasaan tidak sehat membuat mereka jadi sangat rentan terhadap infeksi.'' (Baca: Suka Larang Anak Main Hujan? Ini Jawaban Islam)

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement