REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- "Dahulu saya sering sekali tinggalkan rumah karena berselisih dengan orang tua," kata gelandang Persib Bandung Firman Utina. Pemain berusia 33 tahun yang telah menorehkan berbagai prestasi bagi sepak bola Tanah Air itu mengaku sempat mendapat tentangan dari kedua orang tuanya saat dirinya menyatakan keinginan untuk berkarier di bidang sepak bola.
"Tadinya mereka ingin saya jadi polisi," tutur pesepak bola yang pernah bergabung di Sriwijaya FC itu.
Hasrat kuat untuk menjadi pesepak bola profesional rupanya bukan hanya angan-angan bagi Firman.
Terbukti dengan disiplin, latihan keras, dan keberanian untuk meninggalkan kampung halamannya di Komo Luar, Manado, Sulawesi Utara, pemain yang tampil dalam Piala Pelajar Asia U-19 tahun 2000 itu berhasil menunjukkan pada orang tuanya bahwa sepak bola adalah jalan hidup terbaik yang dipilihnya.
"Saya telah membuktikan kepada orang tua bahwa sepak bola bisa menjadi tulang punggung kehidupan saya. Sebelum orang tua meninggal, mereka sempat datang ke stadion melihat saya bermain," ujar pria berkulit sawo matang dengan tinggi 165 sentimeter itu.
Perjalanan Firman untuk tembus ke level profesional terbilang panjang. Memulai karier di salah satu klub junior Indonesia Muda Manado pada tahun 1993, dia kemudian hijrah ke klub amatir Bina Taruna sebelum akhirnya dipinang oleh Pelatih Persma Junior Benny Dollo.
Di bawah asuhan Benny, Firman mengaku mendapat banyak ilmu tentang sepak bola hingga mampu berkarier di beberapa klub elite Tanah Air.
Sejumlah klub seperti Persita Tangerang, Arema Malang, Pelita Jaya, Persija Jakarta, dan Sriwijaya FC sempat menjadi "kandang" bagi bapak dua putra itu sebelum dirinya berlabuh di Persib Bandung.
Firman pun bermetamorfosis dari remaja pecinta sepak bola dari kampung Komo Luar menjadi pesepak bola andalan, baik di tingkat klub maupun nasional. Pemain yang sering diposisikan sebagai gelandang ini terkenal memiliki mobilitas tinggi, daya jelajah luas, serta kecepatan dan tendangan yang akurat.
Berbagai kompetisi sepak bola internasional, seperti SEA Games, pra-Piala Asia, pra-Olimpiade, Piala Tiger, Piala Asia, dan Piala Suzuki AFF pun pernah dijajal Firman yang didapuk menjadi salah satu pemain timnas Indonesia.
Capaian tertinggi berhasil diraih Firman saat dirinya dinobatkan menjadi pemain terbaik Piala Suzuki AFF 2010. Pada saat itu Indonesia dan Vietnam ditunjuk sebagai tuan rumah.
Selama 22 tahun menjadi pesepak bola dan meraih berbagai prestasi, Firman Utina sama sekali belum merasa puas. "Saya masih penasaran kenapa timnas belum (pernah) juara," ujarnya.
Mengingat usianya yang tidak lagi muda untuk ukuran pemain sepak bola, semangat Firman untuk memajukan sepak bola Tanah Air masih terus menyala. Suami dari Marika Yustika itu pun tidak segan mengutarakan niatnya menjadi pelatih setelah dirinya memutuskan untuk "gantung sepatu".
"Kalau jadi pelatih kan saya masih berkesempatan mewujudkan mimpi untuk mengantarkan Indonesia jadi juara," ujar Firman sambil tersenyum. Bagi dia, komitmen menjadi pelatih berarti menuntut perubahan sikap dan peran yang cukup signifikan.