REPUBLIKA.CO.ID, CIANJUR -- Pedagang daging sapi di Pasar Induk Cianjur (PIC), Jabar, berencana akan melakukan mogok berjualan karena dipicu harga daging yang terus mengalami kenaikan, sehingga berpengaruh terhadap pendapatan mereka yang terus menurun.
"Biasanya setelah idul fitri harga kembali normal, namun beberapa hari terakhir, harga kembali melambung dan terus naik setiap harinya. Kami kehilangan pelanggan karena memilih daging ayam ketimbang daging sapi yang mahal," kata Asep (38) seorang pedagang sapi di PIC, Ahad (9/8).
Bahkan puluhan pedagang daging tersebut, tidak mengetahui secara pasti penyebab meroketnya harga daging sapi, sehingga kondisi tersebut membuat mereka kebingungan bukan hanya pembeli.
Terus meroketnya harga daging tersebut, ungkap dia, membuat pedagang terpaksa harus mengurangi stok setiap harinya dan rumah potong melakukan hal yang sama, dimana biasa dalam satu hari memotong 3 ekor sapi, saat ini perhari hanya 2 ekor.
"Sudah pasti pembeli hanya bertanya kenapa harga daging terus naik bukannya turun. Padahal biasanya setelah idul fitri harganya kembali normal. Sempat harganya mencapai sembilan puluh ribu setelah lebaran, tapi hanya beberapa hari. Setelah itu terus naik sampai sekarang perkilonya 110 ribu," katanya.
Terus meroketnya harga daging sapi itu, tutur dia, membuat puluhan penjual sepi pembeli, sehingga pendapatan mereka menurun."Kami untuk sementara tidak akan berjualan selama beberapa hari sambil nunggu harga daging sapi kembali normal," katanya.
Sementara itu, Lusi seorang ibu rumah tangga warga Kelurahan Pamoyanan, yangt sehari-hari membuka warung nasi, merasa sangat keberatan dan aneh dengan terus meroketnya harga daging di pasaran. Biasanya, tambah dia, harga daging sapi akan kembali normal selang beberapa hari setelah lebaran.
"Biasanya harga akan kembali normal setelah lebaran, tapi ini aneh sudah mau sebulan lebaran usai harga daging terus melambung. Harapan kami pemerintah turun tangan untuk menormalkan kembali harga daging agar terjangkau masyarakat," katanya.