REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Tak hanya harga daging sapi yang melambung tinggi, tapi juga harga harga sayur-mayur. Namun penyebabnya berbeda. Harga sayur mayur yang tinggi disebabkan karena dampak dari musim kemarau yang cukup panjang. Kenaikan harga sayur-mayur yang cukup tinggi dirasakan para pembeli di pasar-pasar di Kota Depok, Jawa Barat (Jabar).
Para pembeli, terutama ibu-ibu menjerit mengeluhkan mahalnya harga sayur-mayur seperti, bayam, kol, sawi, toge, cabai, bawang, kentang bahkan sayur singkong dan kangkung sulit didapatkan karena memang langka. "Semuanya serba mahal," kata Sumini, seorang penjual warung nasi yang mengeluh naiknya harga-harga sayur-mayur di Pasar Kemiri Muka, Kota Depok, Jabar, Senin (10/8).
Menurut Sumini, rata-rata kenaikan harga sayur mayur mencapai Rp. 2.000. Sayur bayam tiga ikat yang tadi Rp. 1.000, saat ini hanya dijual per ikat dengan harga mencapai Rp. 500-Rp. 700. Kalau sayur kol yang tadinya Rp 8.000 per kilogram, kini mencapai Rp 10 ribu per kilogram. Harga cabai merah yang tadinya Rp. 80.000 per kilogram, kini menjadi Rp. 100 ribu per kilogram. Untuk bawang merah, bawang putih, dan kentang rata-rata harga naik sekitar Rp. 2.000 sampai Rp. 5.000.
"Mau masak apa, bingung. Terpaksa, saya juga naikin harga," terang Sumini yang mengungkapkan, dirinya juga kesulitan mencari sayur singkong dan kangkung. Sayur kangkung harganya, satu ikat cuma tiga batang sayur kangkung dihargai Rp 1.000, padahal sebelumnya satu ikat bisa lima batang dan dijual Rp 2.000 untuk tiga ikat.
"Susahnya nyari sayur singkong dan kangkung. Hampir ngga ada yang jualan," ungkapnya.
Harlian, Seorang pedagang sayur-mayur di Pasar Kemiri Muka mengatakan kenaikan harga sayur-mayur itu dampak dari musim kemarau. "Ini akibat cuaca yang panas terus, kalau musim kemarau kan susah tanam sayur-sayuran," ujarnya.